BETANEWS.ID, KUDUS – Nur Indah Sulastri (39) terlihat sedang sibuk mempersiapkan serabi di dapur rumahnya, Gang Semar, Purwosari, Kecamatan/Kabupaten Kudus. dengan menggunakan tungku, ia tampak telaten membuat satu per satu jajanan yang tetap bertahan daru gerusan zaman itu.
Wanita yangakrab disapa Tri itu mengungkapkan, usaha tersebut merupakan warisan dari orang tuanya. Dirinya merupakan generasi ke empat yang mulai melanjutkan usaha sejak 2020.
“Kalo saya yang memasak di dapur, lalu yang menjualnya adik saya. Kita sering melayani pesananan, karena yang pesan, kan, banyak. Biasanya mulai subuh sudah ada para penjual yang datang mengambil pesanan,” ungkapnya, beberapa waktu lalu.
Baca juga: Wow! Omzet Outlet Tahu Uap di Getas Pejaten Ini Capai Rp2,2 Juta Sehari
Tri menjelaskan, perbedaan serabi kuno dengan serabi pada umumnya ada pada proses pembuatannya. Serabi buatan Tri dimasak dengan cara tradisional, yaitu masih menggunakan tungku.
“Selain itu, kita juga pakai wajan dari tanah liat atau disebut kuali, agar rasanya tetap sedap. Untuk proses masaknya juga cepat, yaitu sekitar tiga menit menggunakan api sedang,” jelas Tri.
Tri menambahkan, jajanan khas Solo itu memiliki tekstur lembut dan aroma yang khas. Serabi buatannya itu dibuat dari tepung beras yang dicampur dengan santan. Selain itu, bentuk serabi juga unik dengan pori-pori lebar serta teksturnya yang halus.
Baca juga: Bakso Maknyus di Pedawang Ini Harganya Mulai Rp5 Ribu, Segini Porsinya
Selain rasanya yang khas, harganya juga terjangkau, yaitu Rp 2.500 per porsi dengan isi dua.
“Kalau bukanya setiap hari, karena di Kudus serabi kuno atau tradisional seperti ini, kan, jarang ditemui. Jadi pesaingnya jarang dan peminatnya masih banyak ternyata,” bebernya.
Penulis: Rizka Ulima Qotrunida, Mahasiswa PPL IAIN Kudus
Editor: Ahmad Rosyidi
