BETANEWS.ID, KUDUS – Beberapa pembeli silih berganti berdatangan di outlet Sostel Mini Barokah depan SMPN 1 Jati, Kudus. Mereka antusias dengan jajanan yang jarang dijumpai di Kota Kretek tersebut. Mereka tampak sabar menunggu pesanan yang dibuat oleh seorang pria bernama Dri Agus Priyatno.
Agus, penjual Sostel Mini Barokah mengatakan, meski baru buka satu bulan setengah lalu, penjualan jajanan itu sudah banyak diminati semua kalangan. Bahkan, dalam sehari, dia mampu menjual minimal 100 tusuk, dan saat ramai bisa sampai 200 tusuk.
Baca Juga: Almuna, Pusatnya Perlengkapan dan Oleh-oleh Haji di Pati
“Jajanan ini kan memang jarang dijual di area Kudus, ya Mas. Alhamdulillah peminatnya lumayan bagus. Ini merupakan pengalaman berjualan pertama kali, karena sebelumya bekerja di perusahaan hingga pensiun dan selanjutnya bekerja serabutan,” bebernya.
Ia menjelaskan, sostel berasal dari istilah dari kata sosis telur, merupakan jajanan ringan antara sosis yang dilaburi telur. Terdapat pula sayuran wortel dan seledri sebagai bahan campuran jajanan tersebut yang juga diberi bumbu, untuk perasa. Menariknya, sostel yang dijualnya tanpa menggunakan bahan pengembang, artinya telur tanpa campuran apapun.
“Kalau di tempat lain tidak tahu bagaimana penyajiannya. Namun saya pribadi, menggunakan telur ayam tanpa campuran pengembang. Sehingga untuk rasa dijamin enak,” ungkapnya.
Menurutnya, untuk jajanan tersebut ia patok dengan harga Rp2 ribu per tusuknya. Harga tersebut bisa dikatakan terjangkau, lantaran sostel yang dijualnya merupakan sostel mini. Sementara untuk pilihan saos, terdapat tiga pilihan yaitu saos tomat, saos cabai dan mayonaise.
“Alhamdulillah setiap harinya minimal bisa menjual 100 tusuk mas. Tapi saat ramainya itu di hari Sabtu dan Ahad, serta tanggal merah,” jelas pria yang beralamat Desa Getas Pejaten RT 10 RW 2, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus tersebut.
Baca Juga: Bantu Tingkatkan UMKM Kudus, Nunung Buat Gebrakan Beli Kopi Dapat Peci
Ia mengaku, untuk penghasilan penjualan sostel mini dibandingkan dengan kerjaan serabutan sebelumnya, menurutnya lebih banyak saat ini. Bahkan untuk tenaga juga lebih ringan dibandingkan saat bekerja .
“Kalau dasar, mulai jam 9 sudah mempersiapkan tenda dan beberap bahan dagangan. Jadi mulai jualan ya kita sekitar jam 10 sampai jam 5 sore,” jelasnya.
Editor: Haikal Rosyada