BETANEWS.ID, KUDUS – Senat Mahasiswa IAIN Kudus menggelar Seminar Kebangsaan bertema “Menjaga Stabilitas Politik, Ekonomi, dan Negara di Era Disrupsi” di Gedung Rektorat, Jumat (17/5/2024). Hadir sebagai narasumber, Pemimpin Redaksi Betanews.id, Suwoko.
Wakil Rektor III IAIN Kudus, Kisbiyanto, dalam sambutannya, meminta mahasiswa agar lebih gemar berdiskusi isu-isu global yang bisa ditarik pada aksi lokal.
“Seperti jargonnya abad ini, berpikir global tapi bertindak lokal. Isu demokrasi, lingkungan, dan perubahan iklim itu global, tapi kita harus meresponnya dengan tindakan lokal,” ujarnya.
Baca juga: Pesan Hasan pada Wisudawan UMK: ‘Di Dunia Pendidikan, Aksi Nyata Sangat Penting’
Kisbianto juga menyoroti dampak perubahan iklim yang menyebabkan banjir di berbagai wilayah di Jawa Tengah baru-baru ini. Selain isu lingkungan, tantangan lain adalah dunia kerja yang mengutamakan skill.
Makanya, untuk merespon hal tersebut, pihaknya mulai meningkatkan kuliah lapangan agar mahasiswa memiliki bekal pengalaman dan skill. Kisbi juga menekankan pentingnya digitalisasi di dunia kampus dan mengikuti isu terkini tentang demokrasi dan transparansi.
Narasumber seminar, Suwoko, menyampaikan, perkembangan teknologi tidak bisa dibendung. Bahkan, tidak hanya mencari informasi yang mudah, teknologi AI seperti ChatGPT pun bisa disuruh membuatkan tugas kuliah.
“Teknologi itu hanya alat, seperti pisau. Bisa bermanfaat juga bisa merugikan, tergantung kita mau menggunakannya untuk apa. Dan yang bisa mengontrol adalah kita sendiri,” tegasnya.
Baca juga: Outing Clas ke BPBD Kudus, Kepala TK Aisyiah Bustanul Athfal: ‘Pembelajaran Luar Biasa’
Suwoko juga tertarik menanggapi keluhan mahasiswa terkait kebiasaan Fear Of Missing Out (Fomo) yang sedang melanda. Menurutnya, rasa takut ketinggalan atau fomo itu perlu dikendalikan. Terutama di media sosial saat ini, banyaknya informasi tanpa sumber yang jelas dan terus menggelinding bak bola salju.
“Jadi kita jangan ikut asal posting dan sebar. Baca sekilas lalu komentar ikut menyebarkan, informasi A nanti bisa jadi Z. Jangan sampai orang yang ikut membaca terkena disinformasi. Kalau sesuai kaidah jurnalistik, di media kami harus ada cek dan ricek. Kode etik jurnalistik ini bisa teman-teman terapkan, kalau tidak mau cek dan ricek, setidaknya jangan mudah percaya,” tegasnya.
Editor: Ahmad Muhlisin