BETANEWS.ID, PATI – Perempuan tua itu terlihat mengecek ratusan bungkusan ikan bandeng presto yang tertata di atas sebuah meja. Ia tampak menghitung kemasan bandeng presto itu, untuk memastikan pesanan konsumen tidak salah jumlahnya.
Ia juga mengecek proses pengemasan bandeng presto yang dilakukan oleh beberapa karyawannya. Dengan teliti, ia juga memastikan kualitas ikan yang akan dijual untuk konsumen memang layak.

Perempuan yang berusia 66 tahun itu adalah Sri Sufaati. Ia adalah pemilik usaha bandeng presto di Desa Dukuhtalit RT 2 RW 1, Kecamatan Juwana, Pati. Sufaati mengatakan, dirinya mulai merintis usaha bandeng presto sejak 1999. Saat itu, kondisi Indonesia tengah dilanda krisis moneter.
Baca juga: Tak Punya Modal dan Harus Pinjam Pinjol, Cerita Malzum Rintis Usaha Gohyong
“Awalnya jualan ikan di Pasar Juwana, tapi sepi saat itu. Kemudian, bagaimana caranya agar ekonomi tetap berputar, dibolak-balik, dibolak-balik, akhirnya bikin bandeng presto,” ujar Sufaati.
Awalnya, ia memproduksi bandeng presto hanya skala kecil saja, yakni dengan beberapa panci saja. Lambat laun, produksi bandeng prestonya terus bertambah dan bertahan hingga sekarang.
“Kalau sekarang, rata-rata sehari bisa produksi 2 kuintal bandeng presto. Ya alhamdulillah,” ucapnya.
Produksi tersebut bisa saja bertambah kalau ada pesanan atau pada momen-momen tertentu untuk kebutuhan oleh-oleh maupun untuk hajatan. Sedangkan untuk pemasaran bandeng presto, menjangkau ke berbagai daerah di luar Pati, seperti Jakarta, Sumatra, dan berbagai daerah lainnya.
“Adapun untuk harga bandeng presto bervariasi, mulai dari Rp14 ribu sampai dengan Rp30 ribu per satu kotak isi dua bandeng presto,” tandasnya.
Editor: Ahmad Muhlisin