BETANEWS.ID, KUDUS – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kudus bekerja sama dengan United States Agency for International Development (USAID) untuk menangani Tubercolosis (TBC). Program ini penting karena dalam kurun tiga tahun terakhir, kasus TBC mengalami peningkatan cukup signifikan.
Penjabat (Pj) Sekda Kudus, Revlisianto Subekti, mengatakan, penemuan kasus TBC di Kabupaten Kudus naik cukup signifikan dalam tiga tahun terakhir. Oleh karena itu, kerja sama dengan USAID untuk penanganan TBC ini sangat baik sekali.
“Kami berterima kasih sekaligus mengapresiasi langkah USAID untuk penanganan TBC. Adanya kerja sama ini diharapkan mampu menanggulangi dan menuntaskan kasus TBC di Kudus,” ujar Revli saat Penyusunan Kerja (Penja) di Hotel Griptha, Kamis (7/3/2024).
Baca juga: Pemkab Kudus Gandeng USAID dan Djarum Foundation untuk Atasi Persoalan Air Minum dan Sanitasi
Dia mengungkapkan, pada 2021 ditemukan sebanyak 1.900 kasus TBC. Jumlah itu meningkat jadi 2.385 kasus pada 2022, dan naik mencapai 2.693 kasus pada 2023.
“Temuan kasus TBC ini sangat banyak, dan dalam kurun waktu tiga tahun meningkat cukup signifikan,” bebernya.
Sekretaris Tim Pelaksana Percepatan Penanggulangan TBC Kudus, Andini Aridewi, menambahkan, penyusunan kerja ini dalam rangka mencapai eliminasi TBC pada 2028. Kudus menjadi satu dari lima kabupaten/kota yang jadi pilot project penanganan TBC oleh USAID.
“Untuk mencapai eliminasi TBC di Kudus pada 2028 tentu harus ada kolaborasi pentaholic lintas sektor. Jadi tidak hanya unsur pemerintah saja, tapi juga melibatkan pihak lain,” ujar Andini.
Andini menyampaikan, untuk kasus TBC di Kudus pada awal tahun 2024 ini ada 2.923 kasus yang terdiri dari temuan maupun kasus TBC yang diobati.
“Di Kudus kita sudah mencapai 106 persen untuk penemuan kasus dan yang diobati. Itu lebih tinggi dari target capaian penemuan nasional sebanyak 90 persen,” bebernya.
Baca juga: Kudus Raih Adipura 2 Kali Beruntun, Pj Bupati: ‘Ini untuk Masyarakat dan Pahlawan Kebersihan’
Sementara untuk keberhasilan pengobatan TBC di Kudus, lanjut Andini, baru 80 persen atau lebih rendah dari target nasional di 90 persen lebih.
“Kita upayakan optimalisasi pengobatannya. Termasuk kolaborasi dengan USAID ini agar bisa mencapai target pengobatan dan juga memberi terapi pencegahan guna pengendalian kasus TBC,” imbuhnya.
Editor: Ahmad Muhlisin