BETANEWS.ID, SEMARANG – BKKBN Jawa Tengah terus memperkuat sinergi dengan Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Jateng untuk mempercepat penurunan stunting. Jaringan kader PKK yang menyentuh akar rumput, dinilai efektif memberikan edukasi tentang kesehatan ibu hamil dan pengasuhan balita.
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah Eka Sulistia menjelaskan, stunting di Jateng disebabkan tidak hanya kurangnya gizi akibat kemiskinan, karena pola asuh yang salah justru menjadi penyebab stunting. Mengingat, sejumlah ibu bekerja yang anaknya dalam pengasuhan nenek atau orang lain, mendapat pengasuhan yang kurang tepat, khususnya dalam konsumsi makanan.
Melihat kondisi tersebut, dia meminta dukungan Pj Ketua TP PKK Jateng, Shinta Nana Sudjana, untuk terus menggerakkkan PKK hingga tingkatan dasa wisma, guna menekan angka tersebut. Terlebih, di tingkatan paling bawah tersebut, para anggotanya saling mengenal dan memahami satu sama lain.
Baca juga: Cegah Stunting, Para Bunda Diingatkan untuk Beri Bayinya Nutrisi Seimbang dan Protein Hewani
“Pemberdayaan dasa wisma, bisa memberikan edukasi tentang pola asuh, karena sebenarnya di Jateng banyak makanan bergizi, mulai dari telur, ikan, dan banyak lagi. Nah, barangkali pemberian makanan pendamping ASI yang masih harus dilakukan dengan lebih baik lagi,” tutur Eka saat ditemui di Kantor PKK Provinsi Jateng, Jumat (20/10/2023).
Ia menyebut, nantinya BKKBN Jateng akan bekerja sama dengan kelompok kerja yang dimiliki oleh PKK Jateng. Dengan demikian, penurunan stunting akan dilakukan secara sistematis, di antaranya pendampingan gizi ibu hamil, gerakkan posyandu, pendampingan keluarga yang belum ber-KB, dan pendampingan pasangan yang mau menikah.
Baca juga: 4.929 Balita di Jepara Alami Stunting, Ternyata Banyak Ibu Malu Mengakui
“Dan yang terpenting, komitmen Ketua TP PKK. Nanti menurut Ketua PKK Jateng, akan dilombakan dan yang terbaik akan diberikan apresiasi,” tuturnya.
Disinggung tentang angka penurunan stunting di Jateng, saat ini pihaknya tengah menunggu update hasil evaluasi.
“Hingga 2022 posisi kita di 20,8 persen menurut SSGI. Untuk evaluasi 2023 kita sedang menunggu,” pungkasnya.
Editor: Ahmad Muhlisin