BETANEWS.ID, KUDUS – Usaha tak menghianasi hasil, begitulah kata yang pas untuk menggambarkan perjalanan Suharto (65) yang telah menekuni dunia taylor atau menjahit selama 34 tahun. Buah karyanya selama ini ternyata sudah sampai merambah pasar internasional.
Tulisan Maju Tailor terlihat dari sisi Jalan Kyai Haji Raden Asnawi No. 3, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus. Terlihat seorang pelanggan datang untuk mengambil pesanannya.
Baca Juga: Awalnya Ingin Ngirit Biaya Rokok, Pemuda Demak Raih Untung Besar dari Jual Tembakau Tingwe
Di area produksi, Beberapa mesin jahit terlihat berjejer rapi. Para karyawan juga tampak sibuk menjahit kain, dengan bantuan lampu yang diatas mesin jahit mereka terlihat telaten dan ulet.
Di dalamnya juga terdapat ruangan untuk pemotongan kain, sehingga tumpukan kain terlihat di dalamnya. Meski sudah berusia senja, Suharto selalu menjaga kualitas jahitannya. Sehingga, banyak pelanggan yang bolak-balik datang ke maju tailor.
Anak Suharto, Siti menuturkan, Maju Tailor dari awal memang lebih difokuskan untuk pesanan pakaian baju pria, yakni mulai dari kemeja hingga jas.
“Pesanan setiap harinya masuk, kalau harga setiap jasa jahitnya itu mulai dari Rp140 ribu, dan yang paling mahal adalah jas yakni Rp1.2 juta untuk jasanya saja belum termasuk kain,” tutur ibu dua anak itu.
Baca Juga: Menilik Produksi Ikan Asap Pertama di Kudus, Sehari Bisa Produksi Satu Kwintal
Siti mengungkapkan, yang paling lama saat proses penjahitan adalah membuat jas karena lebih rumit dan harus teliti karena terdapat proses pengesuman. Ia juga mengatakan pesanannya sudah dari berbagai kota bahkan luar negeri, yakni Jerman. Pelanggannya pun tidak hanya sembarangan orang mulai dari guru-guru hingga para pejabat.
“Pelanggannya sudah dari mana saja, kemarin ada dari Jerman. Karena, bertugas di sana tapi tetap pesannya di kami. Ada juga bupati hingga gubernur,” jelas perempuan berusia 45 tahun itu.
Editor: Haikal Rosyada