BETANEWS.ID, KUDUS – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Kudus mengawali program Museum Keliling 2023 di SMPN 1 Bae Kudus, Senin (16/10/2023). Tahun ini, program pengenalan Meseum Kretek dan Patiayam itu menyasar lembaga pendidikan.
Kepala Disbudpar Kudus, Mutrikah menjelaskan, acara tersebut dihadiri oleh guru IPS SMP dan kepala sekolah tingkat Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Bae. Hadir juga dua Narasumber untuk menjelaskan potensi dan sejarah museum yakni perwakilan Disdikpora dan sejarawan Kudus, Edy Supratno.

Mutrikah menyampaikan, tujuan dari terselenggaranya kegiatan tersebut untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke Museum Kretek dan Museum Situs Purbakala Patiayam.
Baca juga: Disbudpar Kudus Kembali Adakan Program Museum Keliling, Tahun Ini Sasar Sekolah
“Karena museum kita ini sudah menjadi daya tarik wisata, salah satunya bisa meningkatkan kunjungan. Karena harapan kita setelah ada Museum Keliling ini ada timbal balik, jadi ada kunjungan dari anak-anak didik SD, SMP bisa berkunjung ke Museum Kretek dan Museum Situs Purbakala Patiayam,” ungkapnya, Senin (16/10/2023).
Peserta maupun audien yang hadir akan diberikan penjelaskan tentang berbagai potensi museum dan sejarah yang tersimpan dari narasumber melalui presentasi. Tika berharap kegiatan tersebut bisa terjadi kerjasama antara pihak dinas dan lembaga pendidikan.
“Ini sebagai salah satu cara untuk memperkenalkan dan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan di museum. Sehingga daya minat masyarakat terutama anak didik ini semakin bertambah. Mengingat, di dalam museum ada banyak potensi yang bisa dimanfaatkan untuk pembelajaran sejarah,” jelasnya.
Sejarawan Kudus, Edy Supratno menuturkan, meseum tidak hanya sekedar untuk destinasi wisata. Namun, museum juga bisa dimanfaatkan untuk belajar bagi anak-anak didik, terutama untuk pembelajaran sejarah.
Baca juga: Usai Museum Kretek Keliling, Disbudpar Berencana Adakan Safari Museum Patiayam
“Banyak sekali (sejarah) yang belum kita ketahui. Sederhana saja Pak ya, Desa Bacin ditemukan ada candi, dan itu ditemukan sejak abad ke 10. Artinya, ada peradaban kedua yang tumbuh di sana dan temuannya sekarang disimpan di Museum Ronggo Warsito,” tuturnya.
Edy mengaskan, bahwa ciri khas dari sejarah adalah waktu dan tempat. Sehingga hal itu akan secara otomatis bisa mengedukasi masyarakat tentang sejarah yang ada pada jaman dulu di suatu daerah, terutama Kabupaten Kudus.
Editor: Ahmad Muhlisin