31 C
Kudus
Selasa, Desember 5, 2023

Edy Supratno Sebut Sejak 1920an Kudus Sudah Maju Berkat Kretek

BETANEWS.ID, KUDUS – Sejarawan Edy Supratno menyebut Kabupaten Kudus sudah maju sejak 1920-an berkat adanya bisnis kfretek (rokok). Salah satu tokoh pengusaha rokok masa itu adalah Niti Semito yang juga dijuluki sebagai Raja Kretek.

“Sejarah kretek berada di Kudus kulon, di mana perkembangan kota industri pada tahun 1920-1930an, Kudus luar biasa maju berkat kretek,” ungkapnya saat jadi narasumber Museum Keliling di SMP 1 Bae Kudus, Senin (16/10/2023).

Program Museum Keliling di SMPN 1 Bae Kudus, Senin (16/10/2023). Foto: Kaerul Umam

Menurut Edy, pada saat itu Niti Semito memiliki pabrik rokok dengan luas lahan sebesar 4 hektare. Raja Kretek itu juga memiliki karyawan sebanyak 12 ribu orang.

Baca juga: Disbudpar Kudus Kembali Adakan Program Museum Keliling, Tahun Ini Sasar Sekolah

“Kemudian dari Alun-alun Kudus sampai pertigaan Pentol itu pabrik miliknya Mbah Niti Semito semua. Artinya, sejarah industri ada di situ,” jelasnya kepada peserta dari guru IPS SMP dan kepala sekolah tingkat Sekolah Dasar (SD) se-Kecamatan Bae itu.

Tak hanya sejarah perkembangan kota, Kudus juga memiliki sejarah pendidikan. Dikutip Edy dari sumber tertulis tahun 1926, ketika di Kudus Wetan ada sekolah yang bernama Holland Inlandsche School (HIS) yang dikelola Pemerintah Belanda. Kudus kulon juga membuat sekolah bernama HIS Muhamadiyah.

“Hubungannya dengan Kretek apa? Pengusaha kretek menyumbang untuk sektor pendidikan dan mendirikan sekolah setara dengan HIS Belanda itu dengan 7.000 golden. Bahkan mereka bingung, bumi putra bisa mendirikan sekolah yang setara. Ternyata itu sumbangan dari pengusaha kretek,” ucapnya.

Baca juga: Museum Kretek Keliling Ingin Tularkan Etos Kerja Nitisemito Pada Generasi Muda

Ia menegaskan, Kudus yang saat itu memiliki sejarah pendidikan perlu disampaikan kepada anak didik. Bahwa pada zaman itu, tahun 1920-an, orang bumi putra sudah bisa mendirikan sekolah yang setara dengan sekolah yang ada di Kudus Wetan.

“Sebelum itu (ada sekolah HIS Muhamadiyah), orang Kudus kulon sekolahnya di Arab Saudi. Sehingga waktu selesai mengenyam pendidikan di sana, setalah pulang ke Kudus, muncul sekolah Qudsiyah, TBS, Ma’ahid, dan sebagainya. Artinya dari sisi itu, kita bisa melihat ada aspek pendidikan yang bisa dimasukan dalam pelajaran sejarah,” imbuhnya.

Editor: Ahmad Muhlisin

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

33,383FansSuka
13,322PengikutMengikuti
4,303PengikutMengikuti
121,000PelangganBerlangganan

TERPOPULER