31 C
Kudus
Kamis, Desember 12, 2024

Berat di Ongkos, Petani Jepara Harap Ada Jaringan Listrik di Area Persawahan

BETANEWS.ID, JEPARA – Tidak adanya jaringan listrik yang mengalir ke area persawahan dikeluhkan oleh para petani di Desa Sidigede, Kecamatan Welahan, Kabupaten Jepara. Sebab mereka harus mengeluarkan ongkos lebih agar mesin disel yang menyedot air dapat beroperasi.

Munawar (65) salah satu petani di desa tersebut bercerita bahwa di musim kemarau seperti ini tanaman jagung harus disiram paling tidak selama satu minggu sekali.

Baca Juga: Terancam Gagal Panen, Petani Jepara Gotong Royong Aliri Sawah

-Advertisement-

Hal tersebut dibutuhkan agar tanaman jagung dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Sehingga hasil dari panen jagung nantinya juga dapat sesuai dengan yang diharapkan petani.

Tetapi karena di area persawahan tersebut tidak ada sumber aliran listrik yang mengalir, maka petani menggunakan solar sebagai sumber energi agar disel yang digunakan untuk menyedot air dapat beroperasi.

“Kalau pake solar sehari itu paling nggak butuh Rp 200-300 ribu, tapi kalau bensin bisa Rp300-400 ribu. Itu buat nyedot air pake disel karena disini nggak ada listrik,” katanya pada Rabu (18/10/2023) di Desa Sidigede, Kecamatan Welahan, Kabupaten Jepara.

Sehingga ia berharap agar nantinya ada jaringan listrik yang bisa mengalir di area persawahan warga. Sebab dengan adanya jaringan listrik menurutnya dapat meringankan ongkos para petani.

“Kalau ada listrik petani ini agak ayem, apalagi beli solar sekarang juga ribet harus pake barcode. Tapi listriknya juga kalau bisa jangan yang pulsa, sebab kalau itu ongkos petani juga sama beratnya,” tambahnya.

Selain listrik, ia kemudian bercerita bahwa yang dikeluhkan oleh para petani saat ini terkait dengan sulitnya mendapatkan air untuk mengairi lahan sawah milik petani.

Hal tersebut menurutnya berdampak pada menurunnya jumlah hasil panen yang didapat oleh para petani.

“Ini sekarang jagung-jagung juga pada mati, karena kekurangan air. Kalau sudah kayak gitu bobot jagungnya nanti menyusut. Bisa sekitar 50%, normalnya satu hektare biasanya bisa 9-10 ton, sekarang paling cuma 4-5 ton,” ujarnya.

Baca Juga: Berpotensi Besar, Petani Belimbing Jingga Berharap Ada Pendampingan

Mahalnya ongkos untuk mengairi sawah pertanian, juga turut dirasakan oleh Giyarto (60), Ketua Kelompok Tani Margo Tentrem, Desa Sendang, Kecamatan Kalinyamat, Kabupaten Jepara.

“Beli solar Rp250 ribu aja itu belum tentu cukup untuk ngaliri sawah yang cuma satu kotak, apa nggak menangis para petani,” katanya.

Editor: Haikal Rosyada

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

42,000FansSuka
13,322PengikutMengikuti
30,973PengikutMengikuti
149,000PelangganBerlangganan

TERPOPULER