BETANEWS.ID, GROBOGAN – Seorang wanita terlihat sedang mencampurkan beberapa sayuran yang telah dikukus. Setelah tercampur, sayuran-sayuran tersebut kemudian diletakan di atas sebuah nasi beralas daun pisang dan diberi bumbu kacang. Wanita sekaligus penjual itu yakni Hartini (54), penjual sego pager.
Sambil melayani pembeli yang terus berdatangan, Ia menjelaskan bahwa sego pager yang menjadi makanan khas di Grobogan itu hampir mirip dengan nasi pecel. Yang membedakan yakni tambahan daun mlanding atau petai cina.
Hartini juga bercerita, mengapa makanan tersebut dinamakan sego pager. Menurutnya, nama tersebut karena semua bahan yang digunakan terdapat di halaman rumah atau pagar rumah.
Baca juga: Kalau Ingin Cicipi Sego Menir di Pantai Semat Ini Harus Pagi Banget, Jualan Dua Jam Ludes
“Karena tanaman yang dipetik ini kayak daun pepaya, daun mlanding, daun singkong, dan lainnya. Nah karena itu dinamakan sego pager. Meski proses dan bahannya hampir mirip seperti membuat pecel pada umumnya, namun racikannya berbeda,” terang perempuan yang dikaruniai dua anak itu.
Kata Hartini, makanan itu hanya bisa ditemukan di Grobogan, tepatnya di Kecamatan Godong. Karena di kecamatan tersebut banyak pedagang yang menjajakan sego pager. Tak hanya warga setempat, warung Hartini juga tak jarang didatangi pelanggan dari luar kota. Warung yang sudah buka pukul 07.00 WIB itu memang ramai pelanggan saat pagi hari.
“Buka mulai pagi hingga siang sekitar pukul 12.00 WIB. Pembeli ramai kalau pagi. Karena sego pager ini cocoknya untuk sarapan. Kalau jualan sudah lama, apa lagi ibu saya malah lebih lama lagi,” ungkap generasi kedua penjual sego pager itu.
Baca juga: Mie Ayam Lada Hitam Si Jonti, Sensasi Pedasnya Lebih Cetar di Mulut
Sambil menunjukan menu di sana, Hartini menambahkan, bahwa para pembeli biasaya menyantap sego pager dengan aneka gorengan, di antaranya, bakwan, tempe dan tahu isi. Untuk satu porsi sego pager, ia jual dengan harga Rp5 ribu. Sedangkan untuk satu gelas es teh atau teh hangat Harganya Rp5 ribu.
“Kalau hari libur biasanya lebih ramai, ada yang dari Kudus, Pati, Blora, kadang juga dari Semarang. Apa lagi pas lebaran, banyak juga yang pesan buat oleh-oleh,” katanya.
Penulis: Alfian Ahmad Saputra, Mahasiswa Magang UMK
Editor: Ahmad Rosyidi