BETANEWS.ID, PATI – Sejak pukul 09.00 WIB, aroma petis yang khas sudah tercium dari warung petis milik Haryatun (50). Petis jagung, balungan dan potongan ayam berbaris rapi menanti pembeli.
Warung Mbak Tun milik Haryatun itu berlokasi di Desa Jetak, Kecamatan Wedarijaksa, Pati, tepatnya 50 meter ke utara dari pertigaan Desa Jetak.
Baca Juga: Dukuh Bongkol Indah Jadi Magnet Pencari Kerupuk Ikan di Demak, Sudah Terkenal Sejak Dulu Kala
Haryatun menjelaskan, bahwa petis khas Pati berbahan dasar tepung jagung yang dibumbui berbagai rempah.
Petis jagung itu kemudian dihidangkan dengan berbagai macam isian. Seperti kikil, balungan, ceker, kepala, sayap dan hati ayam. Tak lupa dilengkapi dengan kerupuk dan gorengan yang tersaji di meja warung.
“Bahan utama petis jagung ini dari tepung jagung. Kalau bumbunya bawang merah, putih, cabai, kencur, ketumbar, lengkuas dan daun jeruk,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, bahwa petis memiliki rasa yang gurih pedas dan manis. Menurutnya, selain enak makanan khas Pati itu juga terbilang murah. Untuk harga satu porsinya Rp 10 ribu. Dan pembeli sudah bebas memilih isian yang diinginkan.
“Kalau gorengan harganya Rp 1 ribu. Untuk minuman, seperti teh dan jeruk dijual mulai Rp 2 ribu. Jika tidak ingin terlalu pedas bisa ditambah kecap manis,” terangnya sambil menunjuk kecap yang ada di meja.
Haryatun mengaku, sudah berjualan petis jagung selama 13 tahun. Kini dia menjadi generasi kedua di keluarganya.
“Dulu cuma bantu ibu saya jualan. Kalau ibu saya, Mbah Sarni malah sudah jualan petis sejak tahun 1993,” terangnya.
Lebih kurang sekitar satu jam di sana. Pelanggan tampak silih berganti berdatangan, ada yang langsung makan di warung, dan ada pula yang memilih untuk dibungkus.
Baca Juga: Mie Ayam Lada Hitam Si Jonti, Sensasi Pedasnya Lebih Cetar di Mulut
Haryatun membeberkan, banyaknya pelanggan yang datang tak lepas dari kenikmatan petis buatannya. Selain rasa, warung Mbak Tun juga bersih dan berlokasi strategis. Terlebih tempat untuk makan di sana terbilang luas dan nyaman.
“Paling ramai itu pas lebaran, bisa menjual 200 porsi sehari. Mungkin karena banyak perantau pulang kampung kangen makan petis jagung ini. Kalau bukanya ya hampir setiap hari, mulai pukul 09.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB,” bebernya.
Penulis: Rinto Febrilian, Mahasiswa Magang UMK
Editor: Haikal Rosyada