31 C
Kudus
Sabtu, Juli 19, 2025

Hartopo Minta WR 1 UMK Dipecat: ‘Bikin UMK Carut-marut’

BETANEWS.ID, KUDUS – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kudus akan memediasi antara mahasiswi yang diduga diintimidasi oleh Wakil Rektor (WR) 1 Universitas Muria Kudus (UMK) dengan pihak Yayasan. Mediasi rencana akan dilakukan, Selasa (6/6/2023).

Hal itu dikatakan oleh Bupati Kudus HM Hartopo usai peresmian RS Sarkies Aisyiyah Muhammadiyah Kudus, Senin (5/6/2023). Dia mengatakan, surat pengajuan audensi sudah diterimanya. Sebagai pihak pemohon audensi adalah mahasiswi yang diduga mengalami tindak intimidasi.

Baca juga: Mahasiswi PGSD UMK yang Baca Puisi untuk Masfuah Mengaku ‘Diintimidasi’

-Advertisement-

“Menanggapi surat permohonan audensi tersebut, akan saya panggil Ketua Yayasan Pembina (YP) UMK dan pihak mahasiswi. Nantinya dari pihak mahasiswi ada pendampingnya,” ujar Hartopo kepada Betanews.id.

Menurut Hartopo, seorang dosen sangat tidak pantas berkata kasar atau melakukan intimidasi terhadap para mahasiswa. Jika itu dilakukan, maka orang tersebut bukanlah seorang dosen dan perlu dievaluasi.

“Menurut saya itu bukan seorang dosen, jadi dosen itu perlu dievaluasi,” tandas orang nomor satu di Kudus tersebut.

13 KOMENTAR

  1. Sy mendukung langkah bupati untuk meminta yayasan UMK menonaktifkan WR 1..langkah tegas diperlukan untuk menyelanatkan UMK menjadi lembaga pendidikan yg kredibel…jangan sampai 1 pendidik yg tidak kredibel memegang kekuasaan yg bisa mengancam berlangsungnya dunua pendidikan…UMK adalah tempat orang2 yg terdidik dengan baik jadi jgn sampai di berikan peluang terhadap benalu yg menggerogoti kredebilitas dunia pendidikan…ayo warga kudus yg terdidik bergerak….

    • Pak Bupati, nggak arif juga klo bapak sampai menyebut WR 1 tidak orang asli kudus…. lalu, dipulangkan saja. Itu terdapat dalam pemberitaan. Klo benar bapak bupati ngomong seperti itu, sungguh keliru itu. Pak Bupati melakukan SARA dan diskriminasi thd orang-orang non Kudus., seperti yang dialami WR 1 tersebut.

  2. Mantap Pa Bupati saya setuju, intitusi pendidikan harusnya mendidik saya merasa Annisya sebagai anak kandung sendiri, untuk Annisya semangat masih banyak orang baik dan peduli

  3. Saya yakin masih banyak staf UMK yg lebih cakap, lebih cerdas, & lebih beradab dari WR 1 UMK yg sekarang sedang menjabat…!
    Apakah jika WR 1 UMK diganti lalu UMK akan hancur…?
    Jika WR 1 UMK tidak diganti, berdampak berkurangnya siswa/i Kudus utk mendaftar menjadi mahasiswa/i UMK…! Yg rugi tentu UMK sendiri…! Masyarakat Kudus tentu lebih mempercayai pernyataan Anisya ketimbang penjelesan WR 1 UMK…!
    Dan juga UMK harus menghargai, menghormati, & patuh terhadap pernyataan Bupati sebagai pemimpin masyarakat Kudus…!

  4. Pendidikan era sekarang, berbeda dg jaman dulu. Segala prilaku baik dosen maupun mhs, terpantau lengkap melalui media digital/elektronik. Shg tdk dpt berdalih, sesuai versinya. Tdk jamannya lagi dosen merasa lb hebat dan tinggi dibandingkan dg mhs. Tetap hrs saling menghormat dan menghargai satu dg yg lainnya.

  5. Jadi dosen atau guru dijaman sekarang serba salah, setiap perkataan harus hati hati ini kalimat intimidasi, imbuhan atau saran… Bisa salah persepsi bagi obyek yg diajak bicara. Lebih baik mediasi dan kedepankan rasa keadilan serta kekeluargaan. Koreksi tidak perlu mengoreksi asal usul latar belakang atau asli orang mana… Terkesan malah timbul kesukuan kalau bukan orang asli Semarang tidak boleh jadi dosen undip/unnes atau bukan anak kudus tidak boleh jadi dosen atau guru dikudus… Malah tambah runyam… Ingat kemerdekaan berpendapat yg sesuai kurikulum merdeka. Mahasiswa yg vokal pun harus tahu diri menempatkan posisi nya yg layak kapan saatnya bicara dan diam, jangan sampai acara yg sakral malah menjadi tempat adus baca puisi. Kampus perlu menyediakan ruang kebebasan berpendapat tanpa harus takut diawasi intel pejabat kampus.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

TERPOPULER