BETANEWS, DEMAK – Di Desa Bungo, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak, terdapat masjid yang memiliki bentuk mirip dengan Masjid Agung Demak. Masjid ini adalah Masjid Jami Syuhada. Konon masjid tersebut memiliki sejarah yang panjang dan dulunya menjadi pusat penyebaran Islam di sana.
Kemiripan itu terlihat pada delapan jumlah tiang di serambi masjid, tata letak, atap, hingga tembok tebal yang ada di Masjid Agung Demak.
Masjid Jami Syuhada yang mampu menampung sekitar 500 jamaah itu, terbagi tiga sisi, yakni dalam, sisi kanan untuk jamaah putri, dan serambi masjid yang digunakan untuk kegiatan keagamaan.
Baca juga: Menilik Makam Mbah Panji Kusumo, Sosok Pendiri Desa Bungo Demak
Menurut Ketua Takmir Masjid Jami Syuhada, Kurdi Abdul Jalil, pintu utama masjid merupakan pemberian dari Masjid Agung Demak. Saat itu, masjid di Desa Bungo sedang melakukan pembangunan, kemudian dicarikan pintu yang sesuai.
“Ketika ada pembangunan masjid di Desa Bungo dicarikan pintu, kebetulan di masjid Agung Demak ada kemudian disesuaikan dengan masjid Jami Syuhada, ” katanya pada Betanews.id, belum lama ini.
Dia menjelaskan, masjid yang telah berusia lebih dari 500 tahun ini, memiliki pintu yang menyimpan banyak cerita di dalamnya. Kurdi menambahkan, melihat dari bentuk ukirannya, terdapat perpaduan karya seni Kerajaan Demak dan Kerajaan Majapahit.
“Ini ada lambang matahari dari Kerajaan Majapahit dipadukan bentuk Islam. Seperti gambar tiga ikan satu kepala berbentuk segitiga, ini menggambarkan iman, Islam, dan ihsan. Lalu ada dua burung mengartikan hidup di dunia dan akhirat, ” imbuhnya.
Kurdi menerangkan, bentuk bangunan yang mirip dengan Masjid Agung Demak terdapat kaitannya dengan seorang tokoh Desa Bungo. Yakni Mbah Panji Kusumo atau Mbah Bagus Santri. Bahkan masjid ini telah masuk dalam Cagar Budaya tahun 2015.
“Dulu ada murid Sunan Kalijaga bernama Mbah Bagus Santri dia diutus untuk mencari sebuah kayu. Kemudian dia beristirahat dan melalui pertapaan berserah diri pada Allah, dalam peristirahatan itu dia membangun sebuah masjid yang diidentikan dengan Masjid Agung Demak” terangnya.
Tidak hanya itu, keunikan lainnya juga terletak pada sumber mata air yang digunakan untuk wudu para jamaah. Terdapat tiga jenis air yang dipakai dan masih terawat hingga sekarang.
Baca juga: Mengenal Sejarah Megengan, Tradisi Menyambut Bulan Suci Ramadan di Demak
“Masjid ini memiliki tiga sumber mata air, yakni air yang diambil dari dalam tanah, air PDAM, dan air tadah hujan. Jadi ketika musim hujan, kami menggunakan air tersebut yang bisa bertahan hingga dua bulan, ” jelasnya.
Dia menambahkan, penyebaran Islam di Desa Bungo tidak terlepas dari tokoh sesepuh desa. Selain Mbah Bagus Santri, terdapat sosok ulama terkemuka bernama Kiai Nawawi, seorang hafiz penghafal Al-Quran keturunan Sunan Kudus yang makamnya diletakkan di bagian belakang Masjid Jami Syuhada.
Editor: Suwoko