BETANEWS.ID, KUDUS – Memasuki bulan Ramadan tahun ini banyak peternak ayam petelur di Kudus mengeluh karena harga telur anjlok. Momen Ramadan dan Lebaran yang biasanya memberi keuntungan besar bagi para peternak karena meningkatnya permintaan, kali ini justru sebaliknya.
Hal itu di katakan oleh satu di antara peternak ayam petelur Desa Gribig, Kecamatan Kaliwungi, Kudus, Abdul Rohman. Dia mengatakan, sudah sepekan harga telur ayam turun. Sebelumnya harga telur ayam mencapai Rp 280 ribu/10 kilogram, saat ini turun menjadi Rp 240 ribu dengan berat yang sama.
“Bila dikalkulasi harga telur ayam saat ini turun Rp 4 ribu perkilogram. Ironisnya saat harga turun, harga pakan justru naik. Sehingga hal itu membuat para peternak makin sulit,” ujar pria yang akrab disapa Rohman kepada Betanews.id di kandang ayam miliknya, Jum’at (8/4/2023).
Baca juga: Peternak Ayam Justru Tak Senang Kalau Harga Telur Melejit
Pria yang bersama rekannya merintis usaha peternakan ayam petelur di area persawahan Desa Gribig, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus tersebut mengungkapkan, turunnya harga telur karena serapan di pasar rendah. Sehingga otomatis permintaan para bakul juga menurun dan berakibat harga telur juga turun.
“Serapan dari pasar sepi. Semoga nanti mendekati Lebaran permintaan bisa ramai lagi, sehingga harga telur juga naik,” harap warga Desa Gribig RT 1 RW 7 tersebut.
Selain harga telur yang turun, tuturnya, kondisi ini juga diperparah dengan harga pakan yang justru naik. Menurutnya, saat ini harga pakan naik Rp 15 ribu perkarung (50 Kilogram) dari yang semula Rp 345 ribu naik menjadi Rp 360 ribu perzak.
“Hal itu jelas membuat keadaan kami makin kesulitan, dan harus memutar otak agar hasil telur bisa menutup biaya pakan,” ungkap ayah dari satu anak itu.
Baca juga: Omzetnya Ratusan Juta Sebulan, Teguh Kini Pilih Ternak Ayam KUB Ketimbang Kerja di Kapal Pesiar
Dia mengatakan, saat ini memelihara ayam petelur sebanyak 1,800 ekor. Namun, dari jumlah tersebut yang produktif hanya 1.100 ekor, dengan produksi telur sebanyak 50 kilogram perhari.
“50 kilogram telur itu hasil uangnya kurang lebih Rp 1,2 juta. Sementara harga empat zak pakan total Rp 1,4 juta. Berarti, sementara ini kami masih nombok. Semoga saja harga telur ayam kembali stabil,” imbuhnya.
Editor: Suwoko