31 C
Kudus
Sabtu, September 14, 2024

Tetangga Dampingi Tetangga, Jadi Strategi Andalan BKKBN Sosialisasikan Persoalan Stunting

BETANEWS.ID, SEMARANG – Sebagai pelaksana program pengentasan stunting, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pasang strategi dengan menerjunkan Tim Pendampingan Keluarga (TPK).

Di Kota Semarang, sejumlah 3.822 TPK telah dipersiapkan untuk dapat segera melakukan sosialisasi tentang stunting di masyarakat.

Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo, ketika membuka Orientasi Tim Pendamping Keluarga di Kantor Kecamatan Gajah Mungkur Kota Semarang, pada Kamis (9/3/2023) mengatakan, strategi lewat TPK ini dinilai lebih efektif, karena langsung bersentuhan dengan masyarakat. Hasto menyebut, metode pendampingan ini adalah praktik “tetangga mendampingi tetangga.”

-Advertisement-

“Kalau pemerintah itu rentang kendalinya terlalu jauh, seandainya semua pengurus mengingatkan yang hamil, itu terlalu jauh,” ungkap Hasto.

Baca juga: Spektakuler, Angka Stunting di Kota Semarang Turun 10,9 Persen

Dengan jumlah tersebut, jelas Hasto, setiap petugas TPK yang terdiri dari kader-kader BKKBN, termasuk PKK, dalam masa setahun akan bertugas mendampingi 10 sampai 12 keluarga yang terdapat wanita hamil. Perbandingan ini dihitung dengan jumlah ibu hamil di Kota Semarang yang mencapai sekitar 30 ribuan orang.

Lanjut Hasto, TPK akan dibekali pengetahuan tentang stunting yang diambil dari ilmu kedokteran, namun dikemas dengan lebih praktis, agar mudah diterjemahkan kepada masyarakat sasaran.

Sejalan, Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, Ita, mengatakan, dengan bekal pengetahuan yang diberikan pada orientasi TPK ini, diharapkan dapat memudahkan para pendamping yang didominasi kaum ibu-ibu, dalam melakukan tugasnya di masyarakat. Ita juga menekankan agar para pendamping mengedukasi masyarakat untuk menyiapkan menu-menu sehat di rumah masing-masing.

Ita menjelaskan, program sosialisasi oleh TPK ini berdampingan dengan program pemerintah kota lainnya, seperti pemberian vitamin ke warga, KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi), serta DASHAT (Dapur Sehat Atasi Stunting).

Di program lain, lanjut Ita, pemerintah kota juga telah mendirikan day care Rumah Pelita (Rumah Penanganan Stunting Lintas Sektor bagi Baduta). Program ini adalah penyediaan tempat penitipan anak stunting usia di bawah dua tahun, dengan sasaran orang tua yang harus meninggalkan anaknya karena bekerja.

Baca juga: Ita Optimis Tahun Ini Tak Ada Lagi Kasus Stunting di Semarang

Sejauh ini, Rumah Pelita sudah didirikan di dua kecamatan, yakni Kecamatan Semarang Barat dan Gunung Pati. Pendirian Rumah Pelita di dua kecamatan ini didasarkan karena kurangnya perhatian dan pengawasan orang tua anak stunting, atas kecukupan pemberian gizi.

“Ini berbeda dengan kasus stunting di Semarang Utara, di wilayah ini kasus stunting pada anak bukan karena ditinggal orang tuanya bekerja, tapi lebih karena kemiskinan,”jelas Ita.

Capaian penurunan angka stunting di Kota Semarang sendiri, sejauh ini terbilang menggembirakan. Hal ini terlihat dari data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) yang mencatat angka penurunannya hingga 10,9 persen.

Sementara secara nasional, Presiden Joko Widodo telah mencanangkan target penurunan stunting di 2024 hingga di bawah 14 persen. Target ini terkait penyikapan bonus demografi pada 2030-2035, menuju “Indonesia Emas” di 2045.

Editor: Kholistiono

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

42,000FansSuka
13,322PengikutMengikuti
30,973PengikutMengikuti
144,000PelangganBerlangganan

TERPOPULER