31 C
Kudus
Jumat, April 19, 2024

Praktikkan Kurikulum Merdeka, Siswa-Siswi di Semarang Pamerkan Karya di TBRS untuk Kita

BETANEWS.ID, SEMARANG – Beberapa sekolah di Kota Semarang memamerkan karya murid-murid mereka di acara TBRS untuk Kita di Taman Budaya Raden Saleh Semarang, Minggu, 19/3/2023. Karya-karya ini adalah implementasi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dalam Kurikulum Merdeka.

SD Negeri Banyumanik 04, misalnya. Mereka memamerkan karya anak didiknya berupa kerajinan dari barang bekas, di antaranya tas dari olahan sampah plastik. Ada pula olahan minuman jahe, yang merupakan kuliner khas daerah.

Menarik pula mainan anak dari barang bekas berbentuk hewan yang dipamerkan. Mainan ini dibuat dari galon air tak terpakai dikombinasikan barang bekas lainnya. Seperti pada mainan gajah berbadan galon, berkuping sayatan badan galon, dan berbelalai selang mesin cuci.

Baca juga: Punya 79 Sekolah Binaan Jadi Bukti Komitmen Bakti Pendidikan Djarum Foundation Majukan Kudus

“Semuanya pertama dari ide kreativitas anak sendiri. Kemudian kita mengembangkan dengan keterlibatan guru dan wali murid,” terang Didik Prihandono, guru kelas 4 SD Negeri Banyumanik 04.

Lain lagi SD Negeri Rejosari 02. Di stan bernuansa budaya, mereka memamerkan karya batik berbentuk tas dan taplak meja. Karya ini dilakukan dengan metode ecoprinting. Metode ini dinilai ramah lingkungan karena menggunakan pewarna alami, dari dedaunan atau tumbuhan. Mereka menjual karya ini dengan harga 25 ribu rupiah.

“Ini hasil pameran P5 saat di sekolahan. Hasil penjualannya masuk ke kas, untuk pengembangan,” ujar Eka, guru SD Negeri Rejosari 02.

Tak kalah unik di stand SD IT Bina Amal 02. Mereka membuat gunungan makanan. Jika dalam tradisi masyarakat, gunungan makanan terbuat dari hasil panen, gunungan karya siswa ini dibuat dengan menempelkan jajanan.

Sebagaimana tradisi masyarakat, gunungan jajanan juga dibagi-bagikan ke anak-anak yang mengunjungi stand mereka. Selain gunungan, para siswa juga membuat mainan mobil-mobilan dari kertas maupun tripleks. Uniknya, mainan itu tidak dijual atau sekedar dipamerkan, namun dipinjamkan kepada anak-anak yang bermain di dalam stand.

Baca juga: 23 SMA/SMK di Jateng Praktikkan Pendidikan Antikorupsi

“Kebetulan masyarakat sekitar sekolah kami memiliki tradisi lokal namanya Jati Wayang. Kami terinspirasi dari itu,” ungkap Maratul Qibtiyah, Kepala Sekolah SD IT Bina Amal 02.

Di beberapa stan lain juga memamerkan karya kolaborasi siswa, guru, dan wali murid bernuansa kearifan lokal. Selain bernilai seni dan ekonomis, beberapa di antaranya juga mengusung konsep ketahanan pangan, seperti tanaman sayur hidroponik. Ini sebagaimana yang sedang digencarkan pemerintah Kota Semarang tentang konsep urban farming.

Editor: Suwoko

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

42,000FansSuka
13,322PengikutMengikuti
30,973PengikutMengikuti
135,000PelangganBerlangganan

TERPOPULER