BETANEWS.ID, SEMARANG – Goresan-goresan panjang Nana Sawitri membangunkan rasa terdalam siapapun penikmat karyanya. Itu seperti ajakan untuk mengikuti hasrat yang disampaikan Nana melalui karya sketsanya. Ada sebuah energi hebat yang “membawa.” Seperti hanyut, tanpa bisa melawan. Namun untuk apa melawan, jika gelombang-gelombang yang tercipta sebenarnya adalah lautan yang sama. Lautan Nana, dan lautan kita.
Begitulah gambaran tentang karya lukisan Nana Sawitri, dalam pameran bertajuk “Life’s a Wafe, Nana”, yang digelar di di Tan Artspace, Papandayan, Kota Semarang. Pameran ini telah dibuka 10 Maret 2023, dan berlangsung selama tujuh hari.
Sebanyak 17 karya sketsa dengan media water color Nana dipajang dalam pameran ini. Pameran ini terselenggara atas dukungan Semarang Sketchwalk, Tan Artspace, Kolcai Semarang, Leeven & Co, dan Zig Kuretake Indonesia.
Baca juga: Pertunjukan Tari Nadya Ngecis di KBPW Kudus Sukses Pukau Penonton
Nana mengatakan, “Life’s a Wave,'” Nana mengalirkan makna kehidupan pada setiap partikel-partikel semesta yang bergerak berirama membentuk lantunan gelombang. Bukan gelombang kehidupan, tapi kehidupan adalah gelombang.
“Saya ingin menamai pameran saya dengan gelombang, tapi bukan gelombang kehidupan, melainkan hidup adalah gelombang, artinya kita yang menguasai gelombang,” kata Nana.
Seorang jurnalis, Heti Palestina Yunani menuliskan, Nana di beberapa karyanya membuat energi dan ombak yang menenangkan sekaligus menyejukkan. Namun di waktu lain, energi tersebut membangkitkan kekuatan yang luar biasa dan tidak dapat diprediksi.
Torehan-torehan sketsa Nana banyak melukiskan kehidupan dan alam semesta. Perpaduan alam dan makhluk hidup ia hanyutkan dalam garis-garis lengkung kesukaan Nana. Ia tak ambil pusing tentang genre apa yang tersemat dalam lukisannya. “Mungkin ilustratif, karena lebih bercerita,” kilah Nana.
Nana hanya ingin karyanya mengalir, seperti sketsanya yang ia beri judul “Just Flow.” Di lukisan ini tergambar dua buah perahu yang merobek aliran sebatang sungai bertepian gelombang daratan, berlangitkan gelombang awan dan mega, serta diawasi sang matahari dengan lengkungan pasti.
Baca juga: Safari Sastra Yudhistira Singgah di Kudus, Bangkitkan Nyali Anak Muda untuk Berkarya
Ia seperti hendak bercerita tentang perjalanan hidup, yang setiap orang tidak akan tau sampai mana perahunya akan tertambat. Namun meski mengalir bersama gelombang-gelombang, tidak akan berhenti setiap orang mencari makna kehidupannya.
Nana tak ingin sendiri dalam pameran tunggalnya. Ia menempatkan sebidang cermin di sudut ruang pamernya. Di atas cermin tertulis permintaan Nana kepada pengunjung agar bercermin dan menggambar diri mereka sendiri di sebuah kertas yang telah disediakan. Selanjutnya hasil sketsa para pengunjung tersebut dipajang dan ikut menemani karya-karya Nana di ruang pamer.
Nana yang juga Ketua Semarang Sketchwalk ini, juga menyertakan karya sketsa dari on the spot, seperti Wayang Sadosa Jawa, Desa Sade, Lombok, dan Candi Kalasan. Komunitas sketsa yang dipimpinnya itu sudah 17 kali melakukan pameran. Rencananya, minggu depan, Semarang Skecthwalk akan kembali berpameran, disusul kemudian sehabis lebaran tahun ini.
Editor: Suwoko