BETANEWS.ID, KENDAL – Sejumlah ibu-ibu di Desa Siberi, Boja, Kendal tampak antusias saat mendapat pelatihan mengelola limbah rumah tangga dari Mahasiswa Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan Gelombang 1 Universitas PGRI Semarang (UPGRIS). Ibu-ibu di desa tersebut diajarkan cara membuat pupuk organik dari sisa makanan yang biasa dibuang di jalan dan pekarangan rumah.
Atik, satu di antara para peserta, mengungkapkan, bahwa ibu-ibu di sana merasa senang dengan adanya pelatihan itu. Menurut Atik, ilmu itu bisa diterapkan untuk perawatan kebun maupun pekarangan rumah.

Baca juga: Mahasiswa UPGRIS Kenalkan Pupuk Organik Cair ke Warga Sepakung Semarang
“Lewat pelatihan ini, masyarakat mampu memanfaatkan limbah organik rumah tangga hasil buatan sendiri. Bisa digunakan menjadi pupuk untuk kebun RT atau kebun pribadi,” ucapnya.
Warga Desa Siberi RT 03 RW IV, Boja, Kendal itu, mengaku tidak menyangka ada perguruan tinggi yang peduli dengan lingkungan di desanya. Atik juga mengaku bahwa selama ini ia memiliki kebiasaan buruk, membuang sisa makanan di pekarangan rumah.
“Karena selama ini warga masih suka membuang sisa makanan di pinggir jalan atau di pekarangan rumah. Jadi lingkungan sini terlihat kotor dan jorok,” ungkapnya.
Rika Yaitul Islami, satu di antara enam Mahasiswa PPG Prajabatan Gelombang 1 UPGRIS itu menjelaskan, bahan perlu disiapkan dalam pembuatan pupuk kompos adalah sampah organik, sekam kayu atau sekam padi. Kemudian obat fermentasi EM4 1 gelas 200 ml, gula pasir 200 ml dan 10 liter air bersi alat yang digunakan yakni, pisau, 2 ember besar ukuran 20 liter, gayung, dan penutup.
“Cara pembuatannya, sampah organik yang sudah dikumpulkan dipotong kecil-kecil agar mudah terurai. Lalu masukan ember dan dicampur dengan sekam. Selanjutnya, secara sedikit-sedikit dipindahkan ke ember lain sambil disiram air campuran EM4 dan gula,” terangnya, Selasa (7/3/2023).
Baca juga: Upgris Mewisuda 745 Mahasiswa, Rektor Sebut Lulusannya Punya Keunggulan Ini Dibanding Kampus Lain
Perempuan yang akrab di sapa Rika itu melanjutkan, setelah semua bahan tercampur di ember, kemudian ditutup dengan rapat. Menurutnya, perlu dilakukan pengecekan setiap 2 hari sekali. Jika teksturnya menghitam, hangat, dan kering berarti fermentasi tersebut berhasil.
“Kami mengadakan pelatihan pembuatan pupuk kompos untuk memenuhi tugas mata kuliah Proyek Kepemimpinan II di semester dua. Kami tergabung dalam Kelompok 2 Kelas PGSD–A yang terdiri dari Rika Yaitul Islami, Dita Lestari, Khusnul Khotimah, Isyeh Nurul Handayani, Hanim Aulia Maghfiroti dan Linda Putri Utami,” tambah Rika.
Editor: Kholistiono