BETANEWS.ID, JEPARA – Karsono tampak sedang mengawasi beberapa orang yang sedang mengangkut genteng ke mobil pikap di depan rumahnya di Desa Mayong, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara. Genteng yang akan dikirim ke pembelinya itu ditata sedemikian rupa hingga jumlahnya sesuai pesanan. Setelah itu, Karsono tampak memberikan nota pembelian kepada salah satu dari mereka, sebelum sang supir menginjak pedal gas untuk mengantarkan genteng.
Sehari-hari, Karsono memang bergelut dengan atap rumah itu, seperti belasan tetangganya yang juga punya usaha serupa. Banyaknya pengusaha genteng itulah yang menjadikan kampung halamannya terkenal sebagai sentra genteng di Jepara.
Namun, dibalik keterkenalan itu, Karsono menyimpan satu kegelisahan, yaitu harga genteng yang tak stabil. Menurut dia, tiadanya himpunan pengusaha seperti yang dimiliki industri mebel menjadikan usahanya itu sering kalang kabut.
Baca juga: Sehari Bisa Produksi Hingga Ribuan, Kharisma Genteng Pasarkan Produknya Hingga Malaysia
Karsono menceritakan, dahulu pihaknya pernah membuat koperasi. Namun, karena hanya memiliki 10 anggota, koperasi tersebut tidak bisa didirikan secara resmi sebab tidak memenuhi syarat administratif.
“Mengelola para pengrajin sini untuk mau bergabung itu susah. Karena nggak ada koperasi harganya jadi sering dimainkan pihak-pihak tertentu,” ungkapnya pada Betanews, Jumat (17/02/2023).
Akibatnya permainan harga itu, ungkap Karsono, dari sisi keuntungan yang didapatkan para pengrajin tidak bisa maksimal. Padahal, harga bahan baku genteng yaitu tanah liat selalu naik setiap tahun. Dari yang sebelumnya Rp350.000 per satu truk, saat ini naik menjadi Rp380.000. Tanah tersebut juga harus diolah terlebih dahulu dengan memakan biaya operasional Rp160.000 per satu truk.
“Ngambil tanah itu kan lama-lama juga habis. Jadi kadang ada yang ngambilnya ilegal. Nah, yang kayak gitu juga jadi kendala juga,” ungkap pemilik usaha Karisma Genteng itu.
Baca juga: Jujur Dalam Berbisnis, Jadi Kunci Sukses Kartono Kembangkan Usaha Genteng
Ia menambahkan, sebenarnya pemerintah sudah pernah mengusahakan terbentuknya koperasi untuk para pengrajin genteng. Bahkan, ada juga bantuan desain genteng khusus yang diminati pembeli. Namun, kembali lagi pada para pengrajin yang sulit disatukan dalam satu wadah.
Makanya, Ia berharap agar pemerintah dapat membantu mengatasi persoalan tersebut, sehingga dapat membantu kesejahteraan para pengrajin.
“Kalau ada koperasi harganya kan bisa stabil, kalau ada yang curang bisa ditindak,” imbuhnya.
Editor: Ahmad Muhlisin