BETANEWS.ID, KUDUS – Museum Jenang Kudus bakal menambah satu galeri lagi yang menyimpan puluhan kaligrafi karya seniman Kudus. Ruang pemaran ini rencananya akan dibuka pada Hari Santri Nasional, 22 Oktober mendatang.
Direktur Mubarokfood Muhammad Hilmy menjelaskan, alasanannya membuat Galery Kaligrafi Al-Quds itu lantaran ingin mengangkat dan memperkenalkan potensi seniman kaligrafi asal Kudus yang mempunyai prestasi membanggakan tak hanya tingkat nasional, namun juga tingkat dunia. Rencananya galery tersebut akan memamerkan sekitar 35 karya dari enam seniman asal Kota Kretek.
“Keenam seniman ini mempunyai prestasi di tingkat ASEAN. Karya-karya kaligrafinya juga sudah sampai tingkat internasional. Ini sangat luar biasa karena potensi seniman asal Kudus begitu bagus,” kata Hilmy saat ditemui di galeri baru Museum Jenang Kudus, Selasa (27/9/2022).
Baca juga: Unik dan Beda dari yang Lain, Museum Jenang Kudus Dapat Rekor MURI
Nama-nama seniman yang karyanya akan dipajang adalah Noor Aufa Shiddiq, Mohammad Assiry Jasri, Tumudzy Eifais, Ali Rohman, M Noor Syukron, dan Hambali Mahmud.
Hilmy menjelaskan, sampai saat ini progres pembangunan galeri sudah mencapai 93 persen untuk sarana dan prasarananya. Kemudian untuk materi dan karya untuk melengkapi interiornya baru sekitar 80 persen.
“Harapannya sesuai dengan target yang sudah kami tentukan yaitu buka resmi pada 22 Oktober 2022, bertepatan dengan Hari Santri Nasional,” ungkapnya.
Baca juga: Mengenal Kudus Lebih Dekat Lewat Museum Jenang
Hilmy menambahkan, setiap satu bulan dua kali di setiap Jumat, pihaknya juga berencana membuka kelas kaligrafi gratis. Tujuannya tentu untuk meregenerasi seniman kaligrafi di Kudus.
“Sudah ada satu seniman yang siap memberikan materi ke beberapa santri pondok pesantren ataupun sekolahan, madarasah,” jelasnya.
Ia berharap, dengan adanya galeri baru itu bisa lebih mengangkat nama Kudus ke tingkat yang lebih luas, Nasional maupun Internasional. Sekaligus membawa nama pariwisata Kudus, sehingga bisa lebih dikenal sebagai kota pariwisata dan juga potensi santri-santrinya.
Editor: Ahmad Muhlisin