BETANEWS.ID, KUDUS – Sejumlah orang tampak sedang membersihkan berbagai miniatur bangunan di ruangan lantai dua Toko Jenang Mubarok, Senin (13/7/2020). Miniatur tersebut merupakan bagian dari Museum Jenang yang didirikan oleh sang pemilik untuk mengenalkan sejarah Kudus dan oleh-oleh khas, yaitu jenang.
Manajer Marketing Jenang Mubarok M Kirom menjelaskan, di museum yang dibuka 2017 lalu itu, pengunjung bisa belajar sejarah awal mula adanya jenang di Kota Kretek. Tak hanya itu, berbagai miniatur bangunan ikonik juga disediakan lengkap beserta sejarahnya.
“Kami berharap bisa mengenalkan Kudus melalui museum. Karena museum ini berisi bangunan-bangunan ikonik identitas dari Kudus. Serta perjalanan panjang Mubarok Food dari generasi ke generasi. Meliputi peralatan yang digunakan serta model pengolahan,” paparnya.
Baca juga: Jejak Makhluk Purba di Museum Patiayam
Menurut Kirom, adanya berbagai bangunan ikonik Kudus itu tak lepas dari upaya Mubarok untuk ikut mengedukasi dan mengenalkan Kudus kepada pengunjung. Mengingat, potensi Kudus ini besar sekali untuk dikembangkan menjadi kota wisata.
“Kudus itu luar biasa. Meskipun kecil, dia sangat kompleks. Mulai dari potensi industri tingkat internasional, potensi religi, wisata alam, hingga nilai-nila budaya yang ada. Bahkan, di sini ada dua sunan, Sunan Muria dan Sunan Kudus. Di Museum Jenang ini kami mencoba menampilkan hal itu. Mengenai sejarahnya, bentuk bangunannya, karya para ulama dan cendikiawan, hingga ruangan Trilogi Ukhuwah,” kata Kirom.
Sambil memperlihatkan seluruh ruangan, Kirom menjelaskan, pembangunan museum itu tak lepas dari falsafah hidup yang diajarkan oleh Sunan Kudus. Falsafah tersebut kemudian disebut sebagai Gusjigang X Building. Artinya, Gus itu bagus, Ji berarti pintar mengaji dan Gang yang berarti pintar berdagang.
“Jika kita satukan, berarti falsafah itu mengajarkan bahwa kita sebagai manusia harus bagus akhlaknya, lalu mencari ilmu melalui mengaji, serta memiliki jiwa entrepreneur sebagai pedagang. Falsafah itu yang kita gunakan, selanjutnya ditampilkan melalui beberapa bentuk. Melalui landmark bangunan, bentuk karya tulisan, tulisan sejarah, hingga foto-foto,” jelasnya.
Menurut Kirom, pihaknya juga terus berinovasi menyesuaikan zaman. Termasuk menyediakan berbagai spot foto dan pakaian adat kudus yang bisa dipakai pengunjung secara gratis.
“Sekarang ini banyak yang hobi foto-foto. Maka Museum Jenang menyediakan fasilitas berupa baju adat Kudus yang bisa digunakan pengunjung untuk berswafoto di seluruh spot museum,” tutup Kirom.
Editor: Ahmad Muhlisin