31 C
Kudus
Selasa, September 10, 2024

Awalnya Terpaksa Tekuni Hidroponik, Deni Malah Keterusan dan Kini Omzetnya Gede Banget

BETANEWS.ID, KUDUS – Deni Saputra (31) tampak sibuk memandu pengunjung yang datang di agro wisata Muria Farm, Desa Besito, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus. Dengan telaten ia menjelaskan berbagai jenis melon kepada mereka sambil mengajari cara memetik buah berwarna hijau itu.

Memandu pengunjung merupakan salah satu aktivitas hariannya di usaha pertanian tersebut. Dari bisnis tanaman itu pula, pandangan hidup deni berubah yang darinya terpaksa akhirnya malah jadi ladang cuan.

Deni saat memanen melon hasil budi daya di Muria Farm. Foto: Sekarwati

Sebelum besar dengan Muria Farm, dulu ia sempat terpaksa menekuni hidroponik mengikuti kakaknya. Hal itu lantaran dirinya masih bekerja sebagai kepala bengkel dan belum mengetahui ilmu tentang pertanian.

-Advertisement-

Baca juga: Petani di Kudus Kembangkan Melon Korea Secara Hidroponik, Setahun Bisa Panen Lima Kali

“Awalnya terpaksa pas ikut kakak, karena saat itu masih bekerja jadi kepala bengkel. Tapi kakak saya gagal, terus lihat alat terbengkalai saya lanjutkan saja, coba-coba di belakang rumah terus besar sampai sekarang,” katanya pada betanews.id, Jumat (12/8/2022).

Menekuni hidroponik sejak 2012, saat itu Deni mengalami kesulitan karena keterbatasan ilmu dan informasi. Ia kemudian mencari beberapa relasi dan mengunjungi pertanian hidroponik di Semarang dan Yogyakarta.

“Awal-awal pertama merintis yang pertama kan ilmunya yang susah, karena belum banyak yang tahu ilmu hidroponik dari pupuknya, perawatannya, cara-cara hidroponik belum banyak tersebar luas lah, jadi kita belajar sendiri kita coba,” imbuhnya.

Berbeda dengan media tanah, Deni menjelaskan hidroponik memiliki metode penanaman yang lebih mudah. Akan tetapi untuk perawatannya ia harus rutin mengecek kadar nutrisi dan pH dalam air yang ia gunakan.

“Lebih sulit tanah, kita tidak tahu mikroorganismenya di tanah bagaimana, sedangkan kita pakai green house jadi hama tidak bisa masuk. Kalau yang konvensional kan ada hama macam-macam jadi harus disemprot setiap hari. Berbeda dengan ini semprot sekali cuman harus rutin cek air,” jelasnya.

Selain itu, hasil dari hidroponik memiliki kualitas lebih baik daripada tanah. Menurut Deni, melon yang tumbuh dengan metode hidroponik memiliki rasa yang lebih manis dan segar.

Baca juga: Cerita Sukses Deni dari Selada Hidroponik, Awalnya Nekat Utang Rp 900 Juta

“Konvensional itu paling bisa panen dua kali setahun, sedangkan hidroponik kita tanam di green house itu nanti kita panen tiga bulan sekali, satu tahun bisa panen sampai empat kali. Selain itu rasanya juga manis, lebih segar dan tahan lama,” tuturnya.

Saat ini, Deni memiliki tiga green house dengan luas masing-masing 500 meter persegi. Green hause itu ditanami selada dan melon. Dari 1.500 tanaman melon yang ia kembangkan, setiap panen dirinya bisa menghasilkan hingga 2,5 ton. Dari hasil panen tanaman hidroponiknya itu, Deni mendapatkan omzet hingga Rp60 juta sebulan.

“Kalau sekarang salada lagi sepi karena lumayan banyak yang main, dulu awal-awal omzet bagus. Untuk yang melon sekali panen Rp60 juta,” pungkasnya.

Editor: Ahmad Muhlisin

Sekarwati
Sekarwati
Sekarwati adalah reporter Beta News yang bergabung pada 2022. Pernah menempuh pendidikan di UIN Walisongo Semarang Jurusan Komunikasi.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

42,000FansSuka
13,322PengikutMengikuti
30,973PengikutMengikuti
144,000PelangganBerlangganan

TERPOPULER