BETANEWS.ID, SOLO – Beberapa makanan tampak tersusun di meja dengan rapi. Berbagai makanan tersedia, mulai dari es krim, sate, bolu gulung dan beberapa makanan lainnya yang sekilas menggugah selera.
Namun, jangan terkecoh. Rupanya, itu adalah makanan imitasi dan lilin aroma terapi dan juga dummy food atau makanan imitasi yang berbentuk seperti makanan sungguhan.
Pemilik Griya Lilin, Eki Puji Lestari (47) menjelaskan, dummy food adalah replika makanan yang dibuat sama persis dengan aslinya. Eki menjelaskan, biasanya dummy food digunakan untuk didisplay atau dipamerkan di kafe dan pameran kuliner.
Baca juga: Ikut Kelas Buat Keramik dengan Pottery.ku Bisa Jadi Pilihan Menarik saat Weekend
Warga Jalan Cikarang – Gabundan, RT 003/VIII, Joyosuran, Pasar Kliwon, Solo itu mematok harga dummy food sesuai dengan kerumitan dan lama pengerjaan.
“Kalau untuk yang replika yang tanpa kuah itu mulai Rp350 ribu per piringnya. Kalau dengan kuah lebih mahal, mulai Rp450 ribu. Biasanya kaya semangkuk bakso itu harganya Rp500 ribu,” beber dia, Sabtu (18/6/2022).
Sementara itu, untuk lilin aroma terapi berbentuk makanan, Eki memasang harga mulai dari Rp60 ribu dari semula Rp20 ribuan saja. Harga tersebut terpaksa ia naikkan lantaran harga minyak kelapa sawit yang merupakan salah satu bahan dasarnya mengalami kenaikan. Karena itu juga, ia hanya berani memproduksinya sesuai pesanan yang ia dapatkan.
Baca juga: Modal Rp1 Juta, Dyah Kini Bisa Kantongi Minimal Rp50 Ribu Sehari dari Jamur Tiram
Menurut Eki, ia bisa membuat 100 buah lilin aroma terapi dalam sehari. Namun, untuk membuat dummy food, ia membutuhkan waktu yang lebih lama, bahkan bisa sampai dua hingga tiga hari. Semua produknya itu ia pasarkan melalui media sosial.
Tak tanggung-tanggung, Eki bahkan pernah menerima pesanan dari Malaysia. Namun, karena takut jika barang tersebut rusak saat pengiriman, beberapa kali pelanggannya datang langsung ke kediamannya.
“Jadi kalau mereka mau datang ke sini untuk menjemput nggak papa. Pernah ada dari Malaysia yang datang langsung ke Solo seminggu untuk nunggu, jadi ambil produknya sambil nunggu revisi,” tandasnya.
Editor: Ahmad Muhlisin