BETANEWS.ID, KUDUS – Di tepi Jalan Mayor Kusmanto, tepatnya depan asrama polisi Desa Rendeng, Kecamatan Kudus, terlihat gerobak biru penjual cilok. Seorang pria di sana tampak sedang sedang melayani para pembeli yang datang. Dia adalah Prasetiya Adi Yudha (26), penjual Cilok 58.
Setelah melayani pembeli, pria yang akrab disapa Yudha itu bersedia berbagi informasi tentang penjualannya. Dia memulai berjualan cilok sejak Juli 2021 lalu. Usaha itu ia lakukan setelah setahun menganggur di rumah, karena ia mempunyai keterbatasan tidak bisa melihat.

Ia menjelaskan, selama setahun di rumah, ia merasa bosan karena tidak bisa melakukan apa-apa dan menurutnya hanya bisa menyusahkan orang lain, termasuk kedua orangtuanya. Hal tersebut lah yang mendasarinya bertekad jualan cilok.
Baca juga: Tunanetra Penjual Cilok di Depan Asrama Polisi Kudus Ini Bisa Jual Ratusan Butir Sehari
“Daripada di rumah, mending saya melakukan aktivitas sebisa saya. Selain itu karena saya sudah bosan selama setahun nganggur dan hanya bisa menyusahkan orang lain. Kalau berjualan seperti ini kan bisa membantu kedua orangtua dan memenuhi kebutuhan hidup,” beber Yudha kepada betanews.id, Senin (13/12/2021).
Yudha menjadi tunanetra setelah mengalami kecelakaan. Karena cukup parah, ia harus menjalani operasi. Sesudah operasi itu lah penglihatannya berangsur-angsur hilang.
“Pada kecelakaan itu, saya mengalami luka di daerah telapak kaki dan harus dioperasi karena lukanya sangat parah. Nah selang 3 bulan setelah melakukan operasi mata sudah tidak bisa untuk melihat hingga saat ini. Saya hanya bisa melihat itu hitam semua,” kata warga Desa Bacin RT 7 RW 3, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus itu.
Baca juga: Sambil Mengasuh Anaknya, Difabel Ini Jualan Bakso Murah Meriah di Tepi Jalan
Demi memenuhi kebutuhan hidup, lanjut Yudha, ia berinisiatif untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Sesaat ia berjalan bersama adiknya di GOR, ketemu dengan seorang penjual cilok yang kebetulan itu temannya berjualan. Ia kemudian mengobrol dan meminta, bahwa ia ingin bekerja lantaran ia sudah bosan di rumah.
Melihat kondisi Yudha, temannya tersebut tidak langsung memberikannya pekerjaan. Karena ia tahu bahwa Yudha tidak bisa melihat dan takutnya jika ia dibohongi oleh para pembeli. Dengan tidak menyerah, Yudha memberikan alasan jika saat berjualan, ia ditemani oleh adiknya. Setelah itu penjual cilok tersebut mengiyakan permintaan Yudha dengan sistem bagi hasil.
“Nah setelah itu saya dibuatkan gerobak ini dan saya berjualan cilok. Hasilnya yang 40 persen untuk saya, dan 60 persen yang punya ciloknya. Awal-awal berjualan cilok ini ya dari berkeliling di desa bersama adik. Kemudian saya memutuskan berjualan di depan asrama polisi ini karena dekat dengan masjid, sewaktu sudah jam beribadah kan tidak jauh-jauh,” tandasnya.
Editor: Ahmad Muhlisin