BETANEWS.ID, SOLO – Penerapan transaksi nontunai dengan menggunakan QRIS mulai direalisasikan di pasar tradisional Kota Solo. Dari 44 pasar tradisional, tujuh pasar sudah menerapkan, yaitu Klewer, Gede, Rejosari, Tanggul, Nusukan, Kadipolo, dan Singosaren.
Kepala Dinas Perdagangan Kota Solo, Heru Sunardi mengatakan, pihaknya terus melakukan sosialisasi kepada para pedagang, salah satunya dengan menggadeng perbankan. Menurutnya, pembayaran digital akan lebih banyak memberi kemudahan, di antaranya adalah tidak adanya uang palsu dan tidak perlu menukarkan uang kembalian.
“Arahnya semua pedagang kita wajibkan punya alat QRIS atau apapun yang bisa melayani konsumen tanpa uang tunai,” terangnya, Jumat (3/9/2021).
Baca juga: Digelar Oktober, Solo Great Sale 2021 Akan Diikuti 20 Ribu Tenant
Namun, penerapan pembayaran nontunai ini rupanya belum banyak digunakan warga saat belanja di pasar. Alasanya beragam, dari mulai belum terbiasa hingga lebih praktis bayar tunai.
Pedagang Buah di Pasar Gede, Ninuk Daryanti (60) menerangkan, sejak tiga bulan lalu menerapkan pembayaran non-tunai, tak banyak pembeli yang menggunakannya.
“Kalau ada yang mau bayar pakai QRIS, ya tak kasih, tapi kalau mau pakai yang tunai, ya pakai tunai. Ada yang sudah pakai QRIS tapi masih agak jarang. Sehari kadang sekali dua kali, itupun anak muda. Yang ibu-ibu kebanyakan tunai,” jelasnya.
Baca juga: Luncurkan Pembayaran Nontunai, Gibran Langsung Borong Jualan Pedagang di Pasar Gede
Tak hanya itu, Ninuk juga mengaku masih kesulitan dalam pencairan uang. Ia menilai, pembayaran masih lebih praktis secara tunai, lantaran uang kembaliannya langsung bisa digunakan berbelanja di tempat yang lain.
“Ribetnya mboten terlalu ribet, tapi belum terbiasa. Kalau pakai tunai kan langsung diterima bisa langsung buat pakai belanja. Yang pakai Hp anak, nanti kan anakku yang ngambil (uang). Kalau saya nggak bisa gunainnya,” tandasnya.
Editor: Ahmad Muhlisin