BETANEWS.ID, PATI – Gelaran pemilihan kepala desa (pilkades) serentak di Kabupaten Pati yang berlangsung pada 10 April 2021 lalu diikuti 215 desa. Satu di antaranya adalah Desa Tambahsari, Kecamatan Pati, Kabupaten Pati.
Di desa ini, pemilihan kepala desa diikuti oleh dua calon. Yakni, Endro Sutrisno yang merupakan incumbent dan Lismanto, yang usianya terbilang masih cukup muda, yaitu 30 tahun.
Hasil dari penghitungan dari pemungutan suara dalam pesta demokrasi tersebut, Lismanto berhasil unggul dari kompetitornya dengan raihan suara 693 atau selisih suara 282 dengan lawannya. Lismanto, kemudian dilantik sebagai kepala desa pada 22 Mei 2021.
Baca juga : Sabet Penghargaan Kades Terbaik, Hartopo : ‘Pak Kiswo Bisa Jadi Inspirasi Desa Lain’
Dalam program Podcast Zona Merah di Beta TV, Lismanto bercerita banyak bagaimana mulanya ia memberanikan diri untuk terjun ke dunia politik tataran desa, yang nota bene memiliki tensi yang cukup tinggi karena bersentuhan langsung dengan warga yang merupakan tetangga bahkan saudara sendiri.
“Tidak pernah ada pikiran atau cita-cita saya menjadi seorang kepala desa. Bahkan, ketika saya mencalonkan diri, tidak ada persiapan sama sekali. Biasanya kalau memang ada niat maju, jauh-jauh hari, setidaknya setahun lah sudah ada persiapan. Nah saya ini, baru tahu kalau ada pilkades, ketika saya ada diminta untuk menjadi ketua panitia pilkades,” ucap Lismanto, Selasa (25/5/2021).
Berjalannya waktu yang sudah mepet dengan pendaftaran calon kades, dirinya malah memberanikan diri untuk maju dengan berbagai pertimbangan dan dukungan yang ada.
Meski ketika itu, menurutnya, secara keuangan untuk bertarung di pilkades, secara hitung-hitungan sangat minim. Karena sudah menjadi rahasia umum, cost politics dalam pilkades cukup tinggi.
Namun, karena melihat dukungan dari keluarga, kerabat maupun warga, dirinya akhirnya mau untuk berkompetesi di ajang pemilihan kepala desa melawan sang incumbent.
Menurutnya, desa membutuhkan sentuhan untuk perubahan yang lebih maju lagi, dan sudah saatnya yang muda bisa ikut berkontribusi dalam perubahan tersebut secara langsung di jajaran birokrasi pemerintahan desa.
“Sebelum mencalonkan diri sebagai kepala desa, saya adalah seorang jurnalis dan sudah bergelut didunia jurnalis selama 8 tahun,” jelasnya.
Dirinya juga bercerita bagaimana riak-riak dalam kontestasi pilkades, yang menurutnya cukup tinggi. Beberapa isu untuk menjatuhkan dirinya, menurutnya juga cukup beragam.
“Karena status saya masih muda dan belum nikah, ini menjadi salah satu isu yang dimunculkan di tengah masyarakat. ‘Masih jomblo, belum pantas jadi kades. Masih jomblo, nanti yang jadi Ketua PKK siapa?,” ucap Lismanto.
Baca juga : Kisah Mas’ud, Tukang Pijat yang Sukses Jadi Kades Ploso
Lismanto menyampaikan, ada beberapa program yang menjadi visi dan misinya untuk memajukan desanya. Namun, yang paling terdekat adalah perbaikan infrastruktur jalan, yang menurutnya masih ada beberapa titik yang harus dituntaskan.
Selanjutnya, program di sektor pertanian, yakni mendorong munculnya petani-petani muda yang kreatif, memberikan fasilitas WiFi di beberapa titik di desa dan memberikan fasilitas mobil untuk warga. Kemudian, ada juga penggelontoran dana Rp 10 juta per tahun untuk Karang Taruna, serta membuat desa wisata untuk memajukan desanya.
” Itu beberapa progam yang insyaallah akan saya lakukan nanti,” pungkasnya.
Editor : Kholistiono