31 C
Kudus
Rabu, Maret 26, 2025

Jeritan Pilu Pedagang Saat Terminal Bakalankrapyak Ditutup Lagi

BETANEWS.ID, KUDUS – Melonjaknya kasus Covid-19 di Kudus usai lebaran, membuat Pemerintah Kabupaten Kudus mengambil kebijakan menutup semua wisata yang ada di Kota Kretek. Yang tak luput dari penutupan adalah Terminal Bakalankrapyak. Dengan ditutupnya terminal tersebut, diharapkan mampu mencegah kedatangan para rombongan peziarah dari luar daerah, serta mampu menekan persebaran Covid-19.

Namun, kebijakan tersebut membuat seratusan pedagang yang menggantungkan hidup di Terminal Bakalankrapyak menjerit. Sebab, mereka terpaksa harus menutup kiosnya, karena tidak ada rombongan peziarah yang datang. Otomatis mereka pun akan kehilangan penghasilan.

Satu di antara pedagang, Sukadar (61) mengatakan, sejak ada pandemi Covid-19, Terminal Bakalankrapyak sudah ditutup berulang kali oleh Pemerintah Kabupaten Kudus. Bahkan penutupan yang pertama itu sampai delapan bulan. Selama itu pula dia dan pedagang lainnya tidak ada penghasilan sama sekali.

-Advertisement-

Baca juga: Tidak Buka Enam Bulan, Jajanan Pedagang di Terminal Bakalankrapyak Banyak Membusuk

Sekarang, kata dia, saat mulai bergeliat dan rombongan peziarah lain daerah banyak yang datang ke Kudus, terminal malah ditutup lagi. Dalihnya sama yakni melonjaknya kasus Covid-19 di Kota Kretek. Sebenarnya penutupan ini sangat merugikan pedagang kecil seperti dirinya.

“Sebenarnya ya dirugikan. Gimana tidak dirugikan, kan kalau terminal ditutup tidak ada peziarah, saya kan tidak bisa berjualan. Kalau tidak berjualan berarti tidak ada penghasilan,” ujar pria yang akrab disapa Kadar kepada Betanews.id, Selasa (25/5/2021).

Kadar mengatakan, di Terminal Bakalan Krapyak ia jualan baju muslim pria dan wanita dari anak-anak hingga dewasa. Ia mengaku sudah berjualan di Terminal Bakalan Krapyak selama tiga tahun.

Biasanya bila berjualan dan ada peziarah ia bisa mendapatkan laba bersih sekitar Rp 70 ribu sehari. Namun, dengan ditutupnya Terminal Bakalan Krapyak dipastikan ia akan kehilangan penghasilannya tersebut.

“Padahal jualan di Terminal Bakalankrapyak merupakan penghasilan satu-satunya untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Saya juga harus masih menanggung biaya hidup ketiga anak kami yang masih menganggur,” ujar pria yang dikaruniai lima anak tersebut.

Baca juga: Jumlah Pasien Covid-19 Terus Melonjak, Ruang Isolasi di RSUD Kudus Hampir Penuh

Dia menuturkan, selama ada pandemi usaha yang ditekuninya memang beberapa kali harus tutup karena keadaan. Bahkan perekonomian keluarganya sangat miris. Beberapa kali Terminal Bakalankrapyak tutup otomatis ia tidak ada pemasukan. Bahkan, untuk menyambung hidup keluarganya, istrinya harus menjual perhiasan.

“Pandemi Covid-19 bagi kami sangat berat. Istri saya harus menjual cincin sekedar untuk menyambung hidup keluarga kami, ” bebernya.

Dia berharap, penutupan Terminal Bakalankrapyak ini tidak lama. Sebab kalau terlalu lama kasihan para pedagang seperti dirinya. Andai boleh usul, kata dia, sebaiknya Terminal Bakalan Krapyak dibuka lagi tapi dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

“Harapan kami Terminal Bakalankrapyak segera dibuka kembali, agar kami bisa berdagang lagi dan punya penghasilan. Kan bisa dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat,” harapnya mengakhiri.

Editor: Ahmad Muhlisin

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

TERPOPULER