Joko Sujono, sopir bus PO Nusantara Kudus. Foto: Kaerul Umam

Asap hitam mengepul diiringi suara bising dari kenalpot bus terdengar saat seorang pria paruh baya memanaskan mesin bus yang berada di garasi PO Haryanto, Desa Ngembal Kulon, Kecamatan Jati, Kudus. Ia adalah Suhardi (54), sopir PO Haryanto. Mendengar ada larangan mudik dari pemerintah, dia dan sejumlah rekan kerjanya merasa semakin sulit.

Sembari memanaskan mesin bus, Suhardi sudi berbagi cerita kepada Tim Liputan Khusus Betanews.id tentang kondisinya saat pandemi ini. Dia mengaku Lebaran tahun lalu dirinya tidak bekerja selama satu bulan penuh. Hal itu memaksanya mencari hutang untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga. Meski demikian, Suhardi menyadari, sebagai rakyat biasa dirinya hanya bisa pasrah.

Misal mau mencari pekerjaan lain juga sulit, karena waktunya tidak banyak. Serba repot ini, anak-anak juga perlu baju baru.

Joko Sujono, sopir bus PO Nusantara

“Tahun kemarin sudah libur total sebulan penuh. Karena ini mata pencarian satu-satunya saya sempat ngutang sana ngutang sini untuk mencukupi kebutuhan. Apalagi tahun ini ada larangan mudik lagi, kami semakin sulit,” ujar pria yang sudah delapan tahun menjadi sopir PO Haryanto itu.

Tak hanya Suhardi, hal serupa juga dirasakan sopir-sopir bus di perusahaan otobus lainnya di Kudus. Joko Sujono misalnya, sopir di PO Nusantara ini juga menyampaikan hal yang sama. Pria yang sudah 29 tahun menjadi sopir itu mengaku saat ini berada di masa paling sulit. Sejak adanya pandemi Covid-19 waktu pemberangkatan sangat berkurang.

“Sejak pandemi jam pemberangkatan berkurang banyak. Berbeda dengan sebelumnya bisa setiap hari berangkat, kalau sekarang gantian (shifting) karena armada yang berangkat hanya 25 persen. Karena penurunan hingga 75 persen, jadwal pemberangkatan digilir, tidak setiap hari berangkat agar semua supir bisa kebagian,” beber Jono, sapaan akrabnya.

- advertisement -

Ia merasa tambah berat dengan adanya kebijakan larangan mudik tahun ini. Jono merasa resah karena menganggur menjelang Lebaran kali ini. Padahal anak istrinya ingin membeli pakaian baru untuk Lebaran. Selama ini dia terpaksa mengencangkan ikat pinggang karena penghasilanya berkurang.

“Misal mau mencari pekerjaan lain juga sulit, karena waktunya tidak banyak. Serba repot ini, anak-anak juga perlu baju baru. Harapan saya tidak ada larangan, entah ada protokol kesehatan atau apa yang penting bisa jalan,” ungkapnya.

Jono menambahkan, misal kebijakan larangan mudik tetap diberlakukan, ia meminta agar tidak seperti tahun 2020 lalu. Karena masih ada PO yang nekat beroperasi dan dibiarkan. Hal tersebut membuat dirinya iri karena sudah mau mengikuti aturan pemerintah tetapi dalam pelaksanaannya tidak semua mentaati.

“Kalau memang dilarang jangan seperti tahun kemarin. Dilarang jalan tapi ada yang masih jalan, itu yang membuat kami iri,” tegasnya.


Tim Liputan: Ahmad Rosyidi, Rabu Sipan, Kaerul Umam (Reporter, Videografer). Suwoko (Editor Berita). Andi Sugiarto (Editor Video). Lisa Mayna (Translator).

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini