BETANEWS.ID, SEMARANG – Wiyono tampak sabar menanti datangnya pembeli di lapak jam tangan miliknya di pusat lapak jam tangan Johar Lama Semarang, Selasa (30/3/2021). Hari itu, belum ada satu pun orang yang mampir ke tempatnya untuk sekedar melihat-lihat atau bahkan membeli. Bersama dengan pelapak lain, dia hanya bisa pasrah saja menanti datangnya rezeki yang selama hampir setahun ini turun drastis.
Hampir satu tahun pandemi, penjual jam di Kota Semarang mengeluh karena sepi pembeli dan minim pemasukan. Bahkan, untuk memenuhi kebutuhan keluarga sampai saat ini masih kelimpungan.

Salah satu penjual jam, Wiyono mengatakan, penjualan jam tangan selama pandemi benar-benar sapi. Dalam satu bulan jam yang terjual hanya tiga sampai lima jam. Hal itu membuatnya harus mencari pekerjaan sampingan.
Baca juga: Curhat Pilu Penjual Sepatu di Semarang, Sehari Hanya Laku Sepasang
“Ya kadang-kadang saya cari kerja sampingan untuk kebutuhan keluarga. Kemarin jualan sayur,” jelasnya.
Sebelum pandemi, dalam satu bulan pria yang sudah jualan sejak 2002 itu bisa menjual antara 10-20 jam. Bisnis jam adalah penghasilan pokoknya untuk menafkahi keluarga.
“Untuk bayar sekolah anak dan kebutuhan kelurga sulit sekarang. Jarang yang beli jamnya,” ujarnya.
Untuk itu, dia berharap pandemi Covid-19 segera berakhir agar pembeli yang datang ke tokonya kembali seperti semula. Meskibegitu, ia masih bersyukur, lantaran masih ada orang yang servis jam kepadanya.
Baca juga: Jelang Ramadan, Beberapa Warga Semarang Ubah Profesi Jadi Penjual Kurma
“Meski jarang ada pembeli jam yang datang, kadang masih ada yang servis jam,” imbuhnya.
Seorang pembeli, Sarah mengaku suka berbelanja di tempat tersebut. Selain banyak pilihan, menurutnya, harga yang ada di tempat tersebut tergolong murah.
“Saya pilih di sini karena harganya murah-murah jika dibandingkan dengan tempat lain,” tandasnya.
Editor: Ahmad Muhlisin