BETANEWS.ID, KUDUS – Bau cabai serasa tajam menusuk hidung di sekitar dapur Ayam Geprek Sadis Abis yang berlokasi di Jalan Jendral Sudirman, Tumpangkrasak, Kecamatan Jati, Kudus. Terlihat dua perempuan sedang sibuk melayani pesanan. Mereka adalah Sita Devi (31), pemilik sekaligus kakak dari perintis warung geprek tersebut. Dia tampak cekatan menggoreng ayam. Kemudian satu pegawai di sampingnya yang tak kalah tangkas membungkus nasi. Setelah pesanan siap, beberapa tumpuk styrofoam berisi nasi dan ayam geprek lengkap dengan lalapan itu di masukkan ke plastik, lantas diserahkan kepada pembeli.
Tak beberapa lama, datang pula sang adik, Yenny Darwa (27). Perempuan berbaju batik coklat yang baru saja pulang dari tempat kerja itu segera membantu dan terjun langsung ke dapur. Ayam geprek dengan pilihan level sambal 1 hingga 10 tersebut memang cukup terkenal dan nampak ramai siang itu. Beberapa pelanggan nampak duduk menunggu pesanan yang sebagian besar adalah tukang ojek online.
“Kalau warung ini sudah hampir 5 tahun. Memang ini warung geprek pertama di Kota Kudus, jadi sudah punya pelanggan tetap,” papar Devi, Kamis (28/5/2020).
Baca juga : Sadis Abis, Warung Geprek Pertama di Kudus
Sambil masih menggoreng, Devi memperlihatkan proses persiapan pengolahan tersebut. Katanya, untuk ayam geprek di warungnya, mereka menggunakan bagian dada. Sedangkan untuk jenis ayamnya juga beragam. Mulai dari ayam potong hingga ayam kampung.
Kemudian untuk tepungnya, pihaknya memakai dua jenis tepung. Yakni tepung basah dan tepung kering untuk melumuri ayam yang sudah dibersihkan hingga dua kali. Setelah itu baru digoreng hingga matang.
Setelah itu, ia memperlihatkan proses pembuatan sambal yang dikatakan sebagai andalan dari warung gepreknya. “Kalau sambal, prosesnya biasa saja ya. Cuma memang cabainya itu yang kami pilih kualitas paling baik. Selain itu, prosesnya dicampur sama minyak panas dan bawang putih,” ungkap Devi sembari mempraktikkan proses tersebut.
Hal senada juga dikatakan oleh sang adik, Yenny, bahwa andalan dari warung gepreknya terletak pada sambal. Katanya, sambal mereka memiliki pilihan level dari 1 hingga 10. Sedangkan untuk menu, tidak hanya ayam geprek. Mereka berinovasi setiap bulan untuk menghadirkan menu tambahan lain. Harapannya supaya pelanggan bisa lebih leluasa memilih dan tidak bosan. Meskipun sejauh ini, ayam geprek tetap menjadi idola pelanggan.
“Kami selalu berupaya untuk berinovasi setiap sebulan sekali. Yakni menghadirkan menu baru, sampai akhirnya cukup banyak pilihan untuk pelanggan. Dan yang pasti, kami bisa jamin untuk ayam geprek dan sambal tidak ada perubahan rasa dari awal kami merintis hingga sekarang. Itu yang menjadi salah satu catatan penting, menjaga kualitas. Jadi kami tidak khawatir dengan banyaknya pesaing, karena pelanggan yang bisa merasakan,” papar Yenny.
Meskipun begitu, dikatakan Yenny, mereka sempat hampir putus asa ketika awal-awal mendirikan warung. Sebab, beberapa kejadian saat merintis usaha, membuatnya ingin menutup usaha tersebut. Namun, mereka bisa bertahan dan tetap laris diserbu pelanggan. Yenny menyebutkan, beberapa kejadian tersebut di antaranya, ia pernah kecolongan setelah dihipnotis oleh orang sampai kecurian motor di warung.
Baca juga : Roastbean Coffee, Varian Baru dari Kopi Itheng
“Kalau susahnya di awal-awal, kan namanya juga baru merintis dan pertama kali menggeluti bidang ini. Pernah suatu ketika ada orang jahat yang menghipnotis saya. Dia memesan menu yang tidak kami sediakan dan mengharuskan pegawai dan ibu saya mencari hingga ke tempat lain. Lalu saya disuruh mengantarkan pesanannya ke kantor depan warung. Pas saya sampai, nama tersebut tidak ada. Lalu saya sadar dan kembali ke warung, ternyata orang tersebut sudah pergi. HP saya raib, tapi untungnya uang warung saya bawa. Terus setelah itu, motor pegawai saya hilang di warung,” papar Yenny.
Lanjutnya, dengan waktu buka Senin hingga Sabtu, setiap pukul 11.00 sampai 21.00 WIB, dikatakan Yenny, pihaknya rata-rata bisa menghabiskan 20 Kg ayam potong tiap hari. Sementara itu, untuk jumlah ayam kampung dan beberapa menu lain seperti cumi dan sayur juga laris manis.
Editor : Kholistiono