BETANEWS.ID, SEMARANG – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menegaskan, tidak ingin ada kejadian warganya meninggal kelaparan di tengah pandemi Covid-19 ini. Untuk itu, Ganjar bakal membentuk Satgas Jogo Tonggo.
Satgas ini, nantinya akan ada di setiap RW sebagai pandemic respon berbasis masyarakat. Gerakan ini memanfaatkan kekuataan solidaritas masyarakat untuk memantau dan menjaga tetangga masing-masing.
Pada setiap Satgas Jogo Tonggo, nantinya dipimpin ketua RW dibantu para ketua RT. Satgas ini beranggotakan tim kesehatan, tim ekonomi, dan tim keamanan. Ketua satgas melaporkan kegiatan setiap hari kepada desa atau kelurahan.
“Maka keberagaman itu, lokalitas itu kita berikan ruang dan camat jadi supervisor. Kabupaten sama provinsi siap mensupport dan mengarahkan. Semoga dalam dua hari ini bisa selesai rancangannya, sehingga nanti saya keluarkan pergub,” kata Ganjar.
Baca juga : Pemprov Jateng Siapkan Aset untuk Karantina Pekerja Migran
Jogo Tonggo, menurutnya Ganjar, mengambil spirit solidaritas masyarakat pedesaan yang saling menjaga dan membantu dalam segala hal. “Orang desa terbiasa berbagi makanan, gotong royong membangun rumah dan menjaga lingkungan dengan siskamling. Spirit ini kita ambil karena basis kekuatan utama Jawa Tengah adalah desa,” katanya.
Lanjut Ganjar, sebelumnya narasi gotong royong sudah ia gerakkan ke seluruh desa di Jawa Tengah. Namun ia canangkan lagi dengan nama Jogo Tonggo disertai instruksi dan koordinasi lebih tegas. Penyiapan aturan ini diperkuat dengan masukan dari BNPB dan para pakar.
“Kita siapkan data dan pelibatan dari gugus tugas provinsi, bupati walikota, camat, hingga kades dan RW yang lebih terkoordinir,” jelasnya.
Gerakan ini mancakup dua hal. Yakni jaring pengaman sosial dan keamanan berupa sosialisasi, pendataan, dan pemantauan warga.
Juga jaring pengaman ekonomi, yang terdiri dua hal. Pertama memastikan tidak ada satupun warga yang kelaparan selama wabah Corona. Kedua, mengusahakan kegiatan ekonomi warga berjalan dengan baik pasca wabah Corona.
Menurut Ganjar, gerakan tersebut penting karena ia melihat kemungkinan banjir pengangguran dan langkanya bahan makanan pasca Covid-19. Maka pemerintah mesti bergerak sampai pemerintahan level paling bawah.
Maka setiap desa harus memastikan kebutuhan pangan tercukupi dengan memulai menanam dan beternak sejak sekarang. Lumbung pangan juga harus mulai diadakan di setiap desa bahkan RW.
Baca juga : Pemilik Warung Makan Wong Solo Salurkan Bantuan Ratusan Juta untuk Penanganan Covid-19
“Sekarang mulai menanam dari sayur mayor hingga apotek hidup di tiap pekarangan. Desa atau RW yang belum punya ikan mulai menebar benih, yang belum punya telur dan daging mulai beternak ayam atau kambing. Dipetakan potensinya, kalau setiap desa punya produk, mereka juga bisa barter antar desa terdekat. Beras barter ikan, sayur barter telur misalnya. Jadi mau kondisi seperti apa, setidaknya kebutuhan dasar tercukupi,” jelas Ganjar.
Ganjar menegaskan, tidak ingin kejadian orang mati kelaparan terjadi di Jawa Tengah. Maka setiap warga harus menengok tetangga kiri kanan. Jika ada yang kesusahan agar melapor ke Ketua RW untuk dicarikan solusi bersama.
Ganjar juga memikirkan keberlanjutan ekonomi pasca Corona. Ia meminta setiap desa menggunakan dana desa untuk membuat kegiatan usaha pemberdayaan masyarakat.
“Makanya kegiatan padat karya jangan semua fisik, tapi yang sifatnya berlanjut. Perikanan, peternakan, konveksi, kerajinan, atau kuliner. Agar tidak sekali kegiatan lalu selesai. Siapa tahu yang sekarang mudik tidak perlu kembali ke kota jika ekonominya sudah bagus dari pemberdayaan itu,” pungkasnya.
Editor : Kholistiono