BETANEWS.ID, UNGARAN – Ada sebuah tradisi unik yang digelar setiap bulan Rajab menjelang puasa do Desa Wisata Lerep, Kabupaten Semarang. Warga biasanya bergotong-royong membersihkan sendang dan sumber mata air yang ada di desa, kemudian menggelar acara makan bersama. Makanan yang disajikan dalam tradisi itu sangat unik. Sego Iriban namanya.
Nasi dengan lauk sayur-mayur, ikan asin, tempe dan jeroan ayam ini dahulu hanya boleh disajikan saat acara tradisi itu itu saja. Bentuknya hampir sama dengan Nasi Gudangan yang biasa ditemukan. Namun bedanya, sayuran yang digunakan di Sego Iriban ini tidak direbus, melainkan dibakar menggunakan bumbung bambu muda.
“Kami ingin menghidupkan kembali tradisi itu. Tidak hanya setahun sekali, namun kami ingin menjadikan itu sebagai daya tarik wisatawan,” kata Camat Ungaran Barat, Eko Purwanto.
Ke depan lanjut dia, Sego Iriban akan disajikan di pasar tradisional Desa Wisata Lerep. Para wisatawan dapat menikmati menu langka itu, tanpa harus menunggu prosesi Rajab tiba.”Selain itu, ada banyak kuliner khas lain yang kami jajakan di desa wisata ini. Dengan membuat desa wisata ini, kami harap ekonomi masyarakat dapat terangkat,” imbuhnya.
Penasaran dengan Sego Iriban, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo tertarik untuk mencobanya. Usai mengecek kesiapan RSUD Tugurejo dalam kesiapan penanganan virus corona, Ganjar langsung mengunjungi Festival Sego Iriban di Desa Wisata Lerep.
Sesampainya di sana, Ganjar disuguhkan dengan pemandangan pedesaan yang asri. Warung-warung yang menjajakan Sego Iriban dan menu tradisional lain, berjajar rapi dengan bangunan dari bambu dan beratap daun kelapa. Di tengah warung-warung itu, terdapat sendang cukup besar yang dimanfaatkan untuk wisata air.
“Saya tertarik karena katanya ada makanan unik. Ternyata ini, namanya Sego Iriban. Ini makanan unik, karena sayurannya tidak direbus, melainkan dibakar pakai bambu,” kata Ganjar.
Usai mencicipi Sego Iriban, Ganjar mengacungkan jempolnya. Tak hanya itu, ia juga menjajal menu lain seperti oblok-oblok, sambel pete dan lainnya. “Ini menarik dan tentu laku dijual untuk menarik wisatawan. Kuliner khas yang melegenda semacam ini, banyak dicari wisatawan,” ucapnya.
Ia berharap, masyarakat terus aktif dalam mengeluarkan inovasi. Potensi desa yang selama ini belum mendapat perhatian, harus digali agar mampu meningkatkan ekonomi masyarakat.
Kata Ganjar, dana desa yang ada dapat dipergunakan untuk pengembangan potensi-potensi seperti itu. Pemerintah, sebutnya, akan memberikan dorongan. Bahkan, pihaknya sudah membuat peraturan daerah mengenai desa wisata dan siap memberikan hadiah Rp1 miliar kepada desa wisata yang terbaik.