BETANEWS.ID, PATI – Deretan mesin ketik berbagai merek dan tahun pembuatan berada di atas meja di depan sebuah ruang Perpustakaan Wiyata Pustaka SMP Negeri 4 Pati. Pun demikian, di dalam ruangan perpustakaan terpajang belasan foto-foto mesin ketik dengan berbagai warna dan tipe. Tampak pula, beberapa anak berseragam putih biru sedang asyik menekan tuts yang berisi tanda baca yang ada di alat tersebut. Mereka terlihat keheranan dan penasaran ketika mencoba menggunakan alat untuk surat menyurat dan menulis yang pernah populer pada zamannya tersebut.

Di antara kerumunan siswa tersebut, tampak salah seorang guru mengarahkan dan menjelaskan serta memberi gambaran bagaimana cara kerja alat tersebut.Bahkan, dia juga menerangkan bagaimana sebelum munculnya komputer, semua pekerjaan menulis dan surat menyurat menggunakan mesin ketik.
āDulu itu, kita kalau menulis surat, skripsi atau membuat tugas sekolah dan kuliah pakai mesin ketik ini. Nah kalau salah pencet tuts, tidak bisa diulang lagi, karena sudah langsung tercetak. Jadi ya harus dihapus,ā ujar Sofia Bardina, Guru SMP Negeri 4 Pati.

Beberapa siswa yang menjajal mesin ketik tersebut juga mengaku baru kali ini bisa menjajal alat tersebut. āNggak bisa caranya. Karena biasanya sudah pakai komputer. Tapi rasanya seru-seru, asyik,ā sahut siswa.
Baca juga : Pelajar MAN 1 Kudus Buat Plastik Bisa Dimakan, Raih Medali Emas di Malaysia
Keberadaan beberapa mesin ketik yang dipajang di luar ruangan tersebut, merupakan bagian dari kegiatan Pameran Perpustakaan Wiyata Pustaka SMPN 4 Pati. Kegiatan ini sendiri digelar selama sepekan, yang dimulai pada Senin (9/3/2020).
Kepala SMPN 4 Pati Mulyono mengatakan, jika pameran mesin ketik ini merupakan bagian dari upaya untuk mengenalkan kembali kepada peserta didik. Hal ini, agar mereka bisa melihat perkembangan teknologi, khususnya zaman dulu.
āAnak-anak sekarang ini kan asing dengan alat mesin ketik ini, karena ketika mereka lahir , eranya sudah gadget. Jadi ya tentu tidak tahu bagaimana menggunakan alat ini. Nah, kesempatan ini saya harapkan bisa memperkenalkan kepada mereka, dan setidaknya bisa mencoba menggunakannya,ā ujar Mulyono.
Lanjutnya, selain mengenalkan mesin ketik kepada siswa, dalam Pameran Wiyata Pustaka tersebut juga diadakan beragam kegiatan. Di antaranya lomba sinopsis, lomba resensi, dan lain sebagainya.
Yang tidak kalah penting menurutnya, kegiatan tersebut diharapkan bisa memberikan motivasi agar anak-anak mau meningkatkan literasi. Sebab, katanya, membaca menjadi jantungnya pendidikan. Sehingga, jika peserta didik malas untuk membaca, pengetahuannya juga stagnan.
āTidak hanya siswa saja yang kami dorong untuk meningkatkan literasi. Tetapi, guru maupun karyawan juga harus mau memaksimalkan koleksi buku yang ada di sekolah untuk membaca. Untuk mendorong tingkat literasi, saya juga membuat terobosan, yakni, bagaimana anak-anak ketika jam istirahat kami arahkan untuk ke perpustakaan. Jajannya waktunya sebentar saja, kemudian setelah itu langsung ke perpustakaan untuk membaca. Jadi tidak terbalik, jajannya yang lama, di perpustakaannya sebentar. Polanya kita balik,ā ungkapnya.

