31 C
Kudus
Jumat, Maret 29, 2024

‘Beras Palsu’ Buatan Pelajar Kudus Ini Raih Medali Emas

BETANEWS.ID, KUDUS – Di ruangan Labotarorium Biologi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Kudus, terlihat dua remaja mengenakan seragam olah raga berwarna orange dengan jilbab biru dongker. Mereka adalah Indra Faizatun Nisa’ dan Novilla Dwi Candra, peraih medali emas pada ajang Indonesian Science Project Olympiad (ISPO) yang berlangsung 21-23 Februari 2020 lalu di Tangerang. Prestasi membanggakan tersebut berkat inovasi mereka dalam membuat beras analog sebagai pengganti makanan alternatif untuk beras.

Indra Faizatun Nisa’ dan Novilla Dwi Candra,siswi MAN 1 Kudus peraih medali emas dalam ajang ISPO atas karyanya menciptakan beras analog. Foto : Ahmad Rosyidi

Mereka mengungkapkan, bahwa beras yang dibuat dengan menggunakan bahan tepung biji lamun, tepung rumput laut latoh, dan tepung mocaf itu bagus dikonsumsi untuk penderita diabetes. Karena, beras analog tersebut selain mengandung protein dan karbohidrat juga kaya antioksidan dan rendah glukosa.

“Sebelumnya kami sudah pernah ikut Lomba Karya Ilmiyah Remaja (LKIR) pada 2019 lalu, yakni membuat bubur instan dari bahan yang sama. Mungkin karena kurang menarik, jadi belum mendapat juara. Dan beras ini menggunakan bahan yang sama hasil inovasi bubur instan,” terang perempuan yang akrab disapa Indra, Kamis (27/2/2020).

Menurut Indra, proses yang membutuhkan waktu cukup lama adalah menemukan formula yang pas. Mereka membutuhkan waktu sekitar enam bulan untuk menemukan komposisi takaran yang pas. Saat ini, berasnya sudah diuji dan dibagikan ke sejumlah teman-temannya untuk dikonsumsi dan hasilnya aman.

Mereka berencana mematenkan beras analog buatannya untuk dijual. “Karena saat expo kemarin, banyak yang minat beli, tetapi ini belum kita jual karena belum dipatenkan. Ke depan, saya ingin kuliah ekonomi saja dan menjadi penjual beras,” ungkapnya sambil tertawa.

Sementara, Novilla juga menambahkan, kemungkinan mereka akan menjual beras analog dengan harga Rp 20 ribu per 800 gram. Jika nanti bisa diproduksi secara massal, mungkin harganya akan lebih murah, karena biaya produksinya bisa ditekan. Untuk cara memasak, menurutnya sama saja dengan memasak beras biasa.

“Perbedaannya pada hasilnya saja, setelah dimasak beras analog lebih pekat dan lebih padat. Rasanya juga lebih gurih karena ada campuran rumput laut latoh,” jelasnya kepada betanews.id.

Sementara itu, Agus Siswanto (38) selaku Kepala Tata Usaha MAN 1 Kudus menyampaikan, bahwa harapan ke depan bisa diakui dan mendapat hak paten agar bisa diproduksi secara masal. Selain itu, peroleh medali emas di ajang ISPO juga mendapat rekomendasi untuk maju ke Ajang Genius Olympiad di USA pada bulan Juni 2020 mendatang.

“Karena untuk mengikuti ajang di USA tersebut juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit, kami hitung membutuhkan biaya sekitar Rp 100 juta. Jadi kami dari pihak sekolah juga membutuhkan dukungan dari pemerintah dan stake holder yang ada,” tambahnya.

Editor : Kholistiono

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

42,000FansSuka
13,322PengikutMengikuti
30,973PengikutMengikuti
133,000PelangganBerlangganan

TERPOPULER