SEPUTARKUDUS.COM, MEGAWON – Sebuah bangunan berdinding kayu di Dukuh Kencono Wungu, Desa Megawon, Kecamatan Jati, tampak dipenuhi kayu jati. Di samping bangunan dua orang terlihat sibuk membelah papan kayu jati. Di dalam bangunan beberapa orang sedang merangkai hasil belahan kayu menjadi sangkar burung. Tempat tersebut merupakan pembuatan sangkar burung (PSB) Naila Putri milik Ngasiran (31). Suatu ketika saat dirinya sepi order, dia nekat membeli mobil pikap untuk menjual sangkar burung keliling. Hasilnya, dalam sebulan dia mampu meraup omzet hingga Rp 40 juta.

Saat ditemui di kediamanya yang berjarak sekitar 50 meter dari tempat pembuatan sangkar, pria yang lebih dkenal dengan sapaan Rian itu sudi berbagi kisah tentang usahanya kepada Seputarkudus.com. Dia mengatakan dari tempat usahanya itulah dia bisa melayani order ratusan sangkar burung dalam sebulan.
“Dalam kurun waktu sebulan di Pembuatan Sangkar Burung (PSB) Naila Putri bisa mengirim antara 230 sampai 260 set sangkar burung. Harga Rp 150 ribu per set berisi tiga sangkar,” ujar Rian yang mengaku nama tempat produksi sangkarnya dia ambil dari nama buah hatinya.
Pria yang sudah dikaruniai dua anak itu mengatakan, sangkar produksinya tersebut dia rintis sejak lulus sekolah menengah pertama (SMP). Namun dirinya pernah bangkrut dan bahkan dia juga pernah beralih pekerjaan. Lalu pada tahun 2008 saat burung kicau menjadi tren, dia mulai nekat membuka usahanya kembali.
Pada tahun tersebut dia langsung mempekerjakan sekitar enam orang dan sebulan baru bisa mendapatkan order sekitar 100 set sangkar burung. Namun menurutnya meski order masih belum seberapa tapi saat itu harga sangkar lebih tinggi dari sekarang yakni 160 ribu per set.
Menurutnya saat itu distribusi sangkarnya tidak hanya di Kudus saja namun sudah merambah daerah sekitar diantaranya Pati, Jepara, Demak, Purwodadi, Blora dan Semarang. Namun yang namanya usaha pasti ada saja rintangannya, hingga pada tahun 2011 usahanya tersebut sepi order sedangkan setok produksinya melimpah.
“Padahal waktu itu burung kicau masih nge-hit tapi aku heran, kok usahaku sepi order. Lalu aku spekulasi kredit mobil pikap untuk menawarkan keliling sangkar burung yang aku produksi kepada para pedagang sangkar dan menghampiri para mantan pelangganku,” ujarnya.
Menurutnya hal tersebut berdampak positif terhadap penjualan produksi sangkarnya. Dia mengaku karena hal tersebut penjualan sangkar burungnya meningkat. Lalu untuk memperlebar pasar dia berinisiatif membawa keliling produksi sangkarnya ke Jawa Timur, di antaranya Jombang, Nganjuk, serta Kediri.
“Aku bersyukur dari keliling menawarkan sangkar produksiku, aku bisa mendapatkan order 80 set sangkar per dua pekan di tiga daerah tersebut,” ujarnya. Setahun kemudian, katanya, tanpa diduga dia mengaku mendapatkan order pembuatan sangkar dari orang di Kudus yang berjualan sangkar di Kalimantan, yang minta dikirim 80 set per dua pekan.
Pada tahun 2014 dia mengaku mendapatkan tambahan order dari Palembang yang minta dikirim 20 set sepekan. Namun satu setnya berisi empat sangkar dan dengan harga lebih mahal. Dan pada tahun 2016 dia menuturkan mendapatkan order dari Ketapang, Kalimantan yang minta dikirim sangkar 50 sampai 60 set sebulan. Dia mengatakan semua order dia layani asal pembayaranya di awal.
Dia mengatakan untuk melayani dan memenuhi semua order yang bertotal ratusan set tersebut dia mempekerjakan sekitar tujuh orang dengan sistem upah borongan. Dia mengaku bersyukur inisiatifnya untuk kredit mobil pikap membawa berkah untuk usahanya.
“Aku bersyukur kredit mobil pikap tersebut sudah lunas tiga tahun yang lalu. Dan sejak tiga tahun pula aku mulai kredit truk untuk usaha pengiriman pasir dan sesekali aku gunakan untuk mengirim sangkar ke Jawa Timur,” ungkapnya.