SEPUTARKUDUS.COM, TANJUNG KARANG – Jalan Kudus – Purwodadi Desa Tanjung Karang, Kecamatan Jati, Kudus tampak tergenang banjir. Di timur tepi jalan yang tergenang, tampak seorang pria menata puluhan karung berisi pasir di depan kios buah. Pria tersebut bernama Marjuki (57). Dia sibuk membendung air supaya tak masuk ke dalam kios buah miliknya.



Di sela aktivitasnya tersebut, Marjuki sudi bercerita tentang usahanya kepada Seputarkudus.com saat terjadinya banjir beberapa terakhir ini. Dia mengungkapkan, sejak air meluap dan menggenangi jalan di depan kiosnya, dia sebisa mungkin berusaha agar air tak masuk ke dalam kiosnya. Karena dia berharap masih bisa menjajakan buahnya meskipun ketinggian air bisa terus meningkat.
“Aku berharap banjir cepat surut, namun kalau debit air banjir meningkat aku akan berusaha membendung air tersebut agar tidak masuk ke kios buah miliku. Agar aku tetap berjualan dan menghabiskan setok buah yang ada. Karena jika tak terjual kerugianku makin banyak,” ujarnya.
Pria yang rumahnya masih satu desa dengan tempat usahanya itu mengatakan, sebelum banjir saja, omzetnya turun drastis dan dia merugi. Apalagi jika banjir tersebut masuk ke dalam kios, aneka buah yang dia jual tak ada yang laku karena tak ada pembeli datang.
Marjuki berharap debit air tidak lagi bertambah sehingga, air banjir tak masuk ke kiosnya. Namun kalau melihat cuaca, dirinya pesimistis air banjir cepet surut. Dia mengaku menyiapkan alat lebih tinggi lagi untuk membendung banjir saat debit air mulai merangkak naik.
“Intinya aku berusaha sebisa mungkin mencegah banjir agar tak masuk ke kios penjualan buahku. Agar aku tetap bisa berjualan. Tapi kalau memang Tuhan berkehendak lain dan banjir masuk ke kios, aku akan menutup kios untuk sementara, dan siap menanggung rugi,” katanya
Dia mengungkapkan, saat hari sering cerah atau saat musim kemarau, Muslih menuturkan jualan aneka buah tersebut bisa meraup Rp 3,5 juta sehari. Namun beberapa hari belakangan ini sering hujan dan omzet jauh dari harapan. “Jangankan sejuta (Rp 1 juta), mencari omzet Rp 500 ribu sehari saja tidak mampu,” keluhnya.
Pria yang memiliki tiga anak itu mengatakan, di kiosnya tersebut menjual aneka buah lokal maupun impor. Dia lalu merinci berbagai macam buah yang dia jajakan di kiosnya, di antaranya, anggur, apel, pir, pepaya, rambutan, pisang, salak, jeruk, nanas dan lain sebagainya.
“Di kiosku jenis buahnya hampir lengkap. Namun saat intensitas hujan tinggi aku tidak menjual buah semangka dan melon. Karena selain kurang diminati saat musim hujan, buah tersebut juga  kurang bisa bertahan lama,” ungkap Marjuki
Dia menuturkan, sebenarnya jalan di depan kiosnya tersebut sering terendam banjir saat Sungai Wulan meluap ke timur. Dirinya berharap agar jalan tersebut mulai dari lampu merah Proliman Tanjung Karang sampai jalan tepat tikungan Klenteng ditinggikan. “Ya setidaknya ditinggikan sekitar 50 sentimeter lagi lah,” harapnya.