SEPUTARKUDUS.COM, JAPANĀ – Laki-laki berkaus merah tampak melihat-lihat buah jeruk pamelo yang dipanen di depan rumahnya. Sesekali dia membantu mengumpulkan buah tersebut untuk dimasukkan ke dalam keranjang. Laki-laki tersebut yakni Noor Fuad (40), warga Desa Japan, Kecamatan Dawe, pemilik pohon jeruk pamelo yang ditanam di depan rumahnya.

Saat sedang melihat buah yang sedang dipanen, Fuad mengakuĀ telah menjual jeruk pamelo sejak masih berbentuk bunga. Menurutnya penjualan dilakukan dengan sistem tebas, bukan per buah. “Pengepulnya yang datang banyak. Jadi mereka rebutanĀ mencari pohon jeruk pamelo sejak masih berbunga,” ungkapnya beberapa hari lalu.
Fuad melanjutkan, tengkulakĀ yang datang tidak hanya dari Desa Japan saja, melainkan juga banyak dari luar Kudus. Dua pohon miliknya dijual dengan harga Rp 2,8 juta kepada tengkulak. “Kalau sudah dibeli tengkulak, banyak atau tidaknya hasil buah yang menanggung tengkulak. Begitu juga dengan perawatan pohonnya,” tambahnya.
Suparman (36), pengepul sekaligus pedagang dari Desa Bageng, Kecamatan Gembong, Pati, membenarkan hal tersebut. Dia mengaku sengaja membeli buah pamelo sejak masih bunga. Hal tersebut dikarenakan para pedagang berebut mencari stok buah untuk dijual. Menurutnya dalam satu pohon terdapat sekitar 450 buah. “Jeruk pamelo dapat dipanen dua kali dalam setahun, sekitar Januari dan Juni,” terangnya.
Namun, menurutnya panen dilakukan tidak sekaligusĀ seperti buah rambutan. Setiap pohon yang diambil sekitar 20 buah saja. Itu dilakukan untuk memastikan buah harus matang. “Ini saya bawa keranjang. Satu keranjangnya diisi 50-60 buah. Makanya pedagang seperti saya harus mencari banyak pohon. Supaya bisa sekali angkut,” tambahnya.
Pedagang yang sudah bertahun-tahun khusus menjual jeruk pamelo tersebut menuturkan, selain menjual di sekitar Kudus dan Pati, dirinya juga menjual buah tersebut ke Jakarta, Surabaya dan Malang. Dia menjual Rp 15 ribu per kilogram untuk buah pamelo kualitas super. Jika dijual per buah, harganyaĀ Rp 20 ribu. “Beratnya 1,3 kilogram lebih. Bentuknya mulus tidak berlubang,” terangnya.
Selanjutnya, untuk buah yang memiliki berat di bawah 1,3 kilogram, dirinya menjual seharga Rp 10 – 15 ribu per buah. Menurutnya, berat jeruk pamelo ada yang mencapai 4-5 kilogram. “Buah yang layak diambil yang sudah tua. Setelah terkumpul nanti langsung saya kirim,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Desa Japan Sigit Tri Harso saat ditemui di kediamannya menuturkan, panen jeruk pamelo tahun ini meningkat dari tahun sebelumnya. Menurutnya, hal tersebut terlihat dari banyaknya tengkulak yang datang untuk memanen buah. Secara detail dia mengaku belum mengetahui berapa jumlah buah yang dipanen. Namun menurutnya sudah ada lima truk yang mengangkut buah pamelo. Satu truk bisa mengangkut sekitar 2 ribu lebih. “Kalau satu truknya kira-kira 2 ribu. Lima truk bisa 10 ribu,” tuturnya.
Dia mengungkapkan, 90 persen warga Desa Japan mempunyai tanaman jeruk pamelo yang ditanam di sekitar rumahnya. Selain bisa menjaga tanah supaya tidak longsor, juga bisa meningkatkan pendapatan masyarakat. “Jumlah warga Desa Japan sekitar 5 ribu an,” jelasnya.