SEPUTARKUDUS.COM, KAJEKSAN – Di sebuah rumah Dukuh Pagungan Lor Desa Kajeksan Nomor 156, seorang pria mengenakan kaos putih memakai kaca mata, terlihat sedang duduk di atas sofa ruang tamu sembari memainkan handphone. Pria tersebut bernama Muhammad Fajrin Nadif (25), pemilik usaha clothing Java Original. Dia mantap membuka usaha, berawal dari pesan KH Sya’roni Ahmadi dan KH Maimun Zubair dalam ceramah.
Produk Java Clothing. Foto: Java Clothing |
Waktu ditemui di tengah kesibukannya, Very, begitu dia akrab disapa, sudi berbagi cerita kepada Seputarkudus.com tentang usaha yang dia tekuni. Dia menceritakan, memulai pembuatan kaus sejak 2014, hingga kini sudah berlangsung dua tahun. Menjadi wirausahawan, karena ingin menjalankan ajaran Sunan Kudus yang melekat pada masyarakat Kudus, yakni Gusjigang (bagus, ngaji dan dagang).
“Sewaktu mengikuti ceramah Mbah Sya’roni dan Mbah Maimun Zubair, beliau berdua pernah berpesan untuk mengamalkan ilmu dan berdagang. Kalau menjadi kiai hanya mengandalkan upah, khawatirnya saru (tidak baik). Dari pesan itu, saya mulai berfikir untuk membuka usaha,” ungkap Very, pria asal Desa Loram, Kecamatan Jati, Kudus.
Menurut pria lulusan 2013 Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kudus (STAIN) ini, usaha apapun pernah dia lakukan sebelum fokus usaha clothing. Mulai dari usaha membuka angkringan, jual kasur, sandal, sepatu, sampai berjualan pakaian keliling Jawa Tengah dengan kendaraan, juga pernah dia kerjakan bersama dengan temannya.
Muhammad Fajrin Nadif. Foto pribadi |
Dia mengatakan, untuk pemasaran dia hanya melalui BBM dan Instagram. selebihnya dia hanya menunggu pelanggan yang datang ke rumah. Untuk bahan pembuatan kaus, dia menggunakan katun combet soft 30 yang dia beli langsung dari Bandung. “Untuk pelanggan kebanyakan dari Kudus, Pati dan Surabaya”, terangnya.
Dia menambahkan, proses produksi semua dia berikan kepada orang lain, penjahit dari Jepara dan Kudus. Sedangkan untuk proses sablon dikerjakan oleh temannya di Kudus. Harga kaus yang ditawarkan Java Original berbeda-beda, untuk pembelian eceran dia jual Rp 35 ribu dan pembelian satu lusin dia jual seharga Rp 30 ribu.
“Penjualan tidak bisa dipastikan, terkadang bisa 100, kadang di bawah 100, kadang juga bisa mencapai 200 hingga 300 dalam satu bulan. Untuk omzet tidak menentu, tergantung banyaknya pesanan, terkadang bisa mencapai Rp 4 juta per bulan kalau sedang ramai pesanan. Sedangkan modal awal membuka usaha, sekitar Rp 7 juta,” tambahnya.