Thullab Salafiyyah (TBS) Kudus masih menunggu para alumni untuk masuk ke dalam
ruangan focus group discussion (FGD) yang terletak di lantai dua gedung
Madrasah Aliyah (MA) TBS Kudus. Setiap ada alumni yang bertanya mengenai
ruangan, mereka menunjukkan ruang kelas yang digunakan untuk FGD pada
kegiatan Silaturrahim Nasional (Silatnas) dan Ngaji Bareng Masyayikh TBS, akhir pekan lalu.
Muhammad Waffiq Ilfa bersama temannya sedang menata sandal alumni TBS yang sedang mengikuti FGD di ruang kelas MA TBS Kudus. Foto: Imam Arwindra
Dengan memakai sarung dan kemeja putih mereka terlihat
berdiri menunggu alumni yang memerlukan bantuan mereka. Setelah dipastikan semua alumni sudah memasuki ruangan, mereka dengan sigap menata rapi sandal yang ditinggalkan alumni di depan ruangan. Satu di antara siswa TBS yang menata sandal para alumni, yakni Muhammad Waffiq Ilfa, yang saat ini masih duduk di kelas XII MA TBS Kudus. Menurutnya, dia ingin ngalap berkah dari alumni-alumni yang datang dalam acara Silatnas. “Saya ingin takdzim dan ngalap berkah kepada para alumni yang dulu pernah sekolah di TBS,” ungkapnya kepada Seputarkudus.com sambil menata sandal di depan ruangan. Dia menuturkan, di TBS para siswa diajarkan untuk selalu Saat kegiatan Ngaji Bareng Masyayikh TBS berlangsung di Di depan ribuan alumni yang hadri pada acara Silatnas, Kiai Arifin meminta agar santri-santri TBS selalu memegang teguh Al-Quran dan sunnah nabi. Tidak hanya |
Kiai Arifin mengatakan, meski para alumni sudah mempunyai gelar sarjana,
megister dan profesor, dia yakin santri TBS akan selalu hormat kepada gurunya. Ketika
Kiai Arifin mencoba bertanya siapa yang sudah menjadi kiai, profesor, S1
(sarjana), S2 (megister) dan S3 (doktor) tidak ada seorang pun dari alumni yang
mengangkat tangan. “Lalu siapa yang menjadi santri?” tanya Kiyai Arifin,
yang seketika itu ribuan alumni yang hadir mengangkat tangan.