BETANEWS.ID, KUDUS – Ribuan warga tumplek blek mengikuti kegiatan karnaval budaya Desa Berugenjang, Kecamatan Undaan, dalam rangka peringati Hari Jadi ke-20, Minggu (26/10/2025). Baik anak-anak, remaja, hingga orang tua antusias berjalan keliling desa sekitar 4 kilometer.
Sejumlah warga dari masing-masing RT berkostum kebaya dengan membawa gunungan dibawa, sebagai bentuk syukur terhadap hasil bumi. Setidaknya ada tujuh gunungan yang diarak dalam perayaan tersebut.
Baca Juga: Malam Puja Doa Kretek, Antara Tradisi, Doa, dan Budaya
Tak jarang sebagian dari peserta karnaval tampak mengabadikan momen tersebut dengan menampil video untuk diposting di media sosial. Tak hanya masyarakat setempat, warga desa lain yang hadir melihat kemeriahan itu juga mengambil video.
Kepala Desa Berugenjang, Kiswo menyampaikan, kegiatan karnaval budaya yang digelar itu merupakan pesta rakyat untuk memperingati Hari Jadi Desa Berugenjang ke-20 tahun. Hal itu menurutnya sebagai bentuk penghormatan dan rasa syukur terhadap para pendahulu yang berjuang melepaskan diri dari Desa Lambangan beberapa waktu silam.
“Sebenarnya untuk hari jadi Desa Berugenjang bertepatan dengan Hari Santri Nasional, yakni tanggal 22 Oktober. Karena kemarin bukan hari libur, maka perayaan dilakukan hari ini,” bebernya usai acara, Minggu (26/10/2025).
Ia mengatakan, karnaval budaya tersebut merupakan perayaan yang digelar secara meriah. Karena sebelum-sebelumnya, hanya dirayakan sederhana dengan menggelar doa tirakatan bersama warga.
“Ini merupakan kali kedua perayaan yang meriah. Sebelumnya pada periode kades sebelumnya juga pernah meriah seperti ini tapi saya lupa tahunnya kapan,” tuturnya.
Banyak kreasi yang ditampilkan, kata dia, merupakan hasil ide dari masing-masing RT dengan biaya swadaya masyarakat. Pihaknya mengaku, meski ada sokongan dana dari pemerintah desa (Pemdes), namun tak seberapa.
“Hari ini yang ditampilkan ide dari masyarakat sendiri, mayoritas pendanaan dilakukan oleh masyarakat semua, desa hanya membantu sedikit, masing-masing RT dengan swadaya, sehingga kita terimakasih dengan semua masyarakat yang kompak dengan mengikuti karnaval,” jelasnya.
Kiswo juga menyinggung adanya pembawaan sound horeg dalam perayaan tersebut. Menurutnya, hal itu wajar karena di era sekarang banyak yang memang sudah menggunakan. Hanya saja, pihaknya telah memberikan ketentuan, agar penggunaan sound horeg tidak merugikan bagi masyarakat.
Baca Juga: Lesbumi PCNU Pati Gelar Ngaji Budaya “Jawa Njawani, Lesbumi Ngrukti”
Perayaan itu, lanjutnya, sebagai simbol dan pengingat bagi warga untuk terus mencintai, membangun, dan berbuat bagi untuk kemajuan desanya. Untuk memeriahkan acara, pihak desa juga banyak memberikan door prize untuk masyarakat.
“Hal ini juga untuk mengingatkan, bahwa dulu desa ini berdiri, hasil kerja keras dari para pendahulu. Hasil perjuangan beliau-beliau, makanya harus kita peringati dan syukuri. SK Bupati kita dijadikan desa definitif tertanggal 22 tahun 2005. Ini perjalanan desa baru yang baru merangkak atas semua pihak, persatuan sebagai kekuatan bersama membangun desa,” ujarnya.
Editor: Haikal Rosyada

