BETANEWS.ID, PATI – Nelayan tradisional mengeluhkan gulma eceng gondok yang berada di sepanjang aliran Sungai Juwana. Kehadiran tanaman mengambang ini, membuat aktivitas mereka terganggu bahkan tidak bisa melaut.
Keberadaan eceng gondok itu, dapat tersangkut di propeler mesin tempel perahu jika nelayan nekat untuk melajukan perahunya melewati tumpukan tanaman itu.
Baca Juga: Pasar Yaik Pati Bakal Dibongkar, Sudewo Siapkan Bundaran ala HI dan Patung Ki Hajar Dewantara
Daman, Koordinator Nelayan Tradisional Juwana mengatakan, adanya eceng gondok itu disebut meresahkan nelayan, khususnya nelayan tradisional.
Menurutnya, gara-gara eceng gondok itu pula, ada ratusan nelayan tradisional di sejumlah desa di Kecamatan Juwana yang tidak bisa mencari ikan.
“Sekitar 150 perahu (tak bisa melaut). Khususnya di Desa Bumirejo, Bendar dan Kedungpancing,” ujar Daman, Kamis (3/7/2025).
Dirinya menyebutkan, eceng gondok yang berada aliran Sungai Juwana itu seringkali menutup akses nelayan menuju laut. Akibatnya, dalam sebulan mereka tidak bisa melaut hingga lima kali.
Kondisi ini membuat para nelayan tradisional mengalami kerugian. Ia menghitung 1 nelayan bisa kehilangan Rp 200 ribu karena tak bisa mencari ikan di laut.
“Kerugian kalau musim kemarau basah paling tidak satu minggu 5 kali tidak bisa melaut. Kalau dihitung nominal per harinya Rp 200 ribu, itu 1 nelayan,” ungkapnya.
Daman menilai penyebab banyaknya enceng gondok ini akibat beroperasi Bendung Karet yang berada di Desa Bungasrejo Kecamatan Jakenan Pati. Menurutnya, bendungan tersebut membuat tanaman enceng gondok tersebut sulit dikendalikan.
Untuk itu, pihaknya berharap agar pemerintah bisa memberikan solusi. Yakni, supaya eceng gondok tersebut bisa dimanfaatkan, sehingga tidak mengganggu nelayan.
“Paling tidak, pemerintah itu harus memfasilitasi. Supaya eceng gondok itu sebelum dilarutkan ke utara (arah laut), agar pemerintah memberi solusi, agar sampah-sampah tersebut diangkut ke darat, ” ucapnya.
Editor: Haikal Rosyada