BETANEWS.ID, KUDUS – Kabupaten Kudus menjadi percontohan gerakan tukar jelantah menjadi uang. Minyak sisa penggorengan tersebut nantinya bakal diolah menjadi bioavtur atau bahan bakar pesawat terbang.
Mesin penampung jelantah saat ini baru ada satu tepatnya di Brak Sigaret Kretek Tangan (SKT) PT Djarum di Desa Karangbener, Kecamatan Bae. Mesin penampung tersebut bernama Ucollect produk dari Noovoleum.
Baca Juga: Delapan Cabang Dilombakan, FLS3N 2025 Kudus Perdana Perbolehkan MTs Ikut Serta
Bupati Kudus, Sam’ani Intakoris melihat langsung kegiatan penukaran minyak jelantah yang dilakukan oleh beberapa emak-emak buruh pabrik PT Djarum. Beliau juga menyaksikan nominal uang di akun buruh pabrik tersebut bertambah ketika sudah menuang jelantah ke dalam mesin Ocollect.
“Inovasi ini tentu sangat bagus. Dari pada minyak jelantah sisa penggorengan dibuang dan mencemari lingkungan, bisa dibawa ke sini agar jadi duit,” ujar Sam’ani kepada awak media di Brak Karangbener PT Djarum, Kamis (3/7/2025).
Dengan adanya mesin tersebut, Sam’ani mengimbau, para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kudus agar tak membuang minyak sisa penggorengan. Menurutnya, minyak jelantah bisa disimpan dan dibawa ke mesin Ucollect.
“Nantinya mesin penampung minyak jelantah itu akan diperbanyak dan ditaruh di banyak lokasi di Kudus. Minyak jelantahnya juga dihargai dengan cukup pantas, yakni Rp6 ribu per liter,” bebernya.
Bisnis Development Manager Noovoleum Area Semarang dan Kudus, Maudy Dwi Lestari mengatakan, Ucollect adalah mesin penampung minyak jelantah. Nantinya jelantah tersebut bakal diolah menjadi bioavtur atau bahan bakar pesawat.
“Mesin ini basisnya aplikasi. Jadi setiap user harus mendownlood aplikasi Ucollect. Aplikasi ini berfungsi untuk membuka mesin. Setelah user menyetot minyak jelantahnya, pembayaran langsung diterima melalui aplikasi. Nilai saldo juga bisa dilihat juga di aplijasi,” jelas Maudy.
Setiap penyetoran, ungkapnya, nanti langsung ada laporan di aplikasi. Ketika minyak jelantah yang disetorkan tertolak oleh mesin, di aplikasi juga ada keterangan penyebabnya. Biasnya yang tertolak itu minyak jelantah yang sudah terkontaminasi.
“Untuk harga minyak jelantah per hari ini adalah Rp6.049 per liter. Harga mengacu pada harga minyak dunia, jadi bisa naik maupun turun. Tetapi kita menjaga juga agar tak terlalu anjlok harganya, karena kita juga ingin mensejahterakan masyarakat atau ibu-ibu yang telah berperan aktif menjaga lingkungan,” bebernya.
Dia mengatakan, bahwa saat ini memang baru ada satu mesin penampung minyak jelantah. Selanjutnya, mesin tersebut bakal diperbanyak dan ditaruh di semua brak SKT PT Djarum lainnya.
“Kami juga akan mencoba kerja sama dengan pemerintah daerah. Bisa dengan Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup, hotel, restoran, maupun kafe di Kudus,” ungkapnya.
Sementara itu Program Director Djarum Foundation, Purwanto Nugroho menyampaikan, program penukaran minyak jelantah menjadi cuan ini merupakan kerja sama antara PT Djarum dengan Noovoleum. Program ini melibatkan banyak semua karyawan.
“Dengan adanya kerja sama ini, minyak jelantah milik karyawan PT Djarum yang biasanya dibuang, mulai sekarang bisa dibawa ke pabrik dan dimasukan ke mesin Ucollect untuk ditukar jadi uang,” ujar pria yang akrab disapa Ipung tersebut.
Baca Juga: Hingga Mei 2025, Realisasi Investasi di Kudus Capai Rp835 Juta
Menurutnya, program dan kerja sama ini sangat baik sekali. Karena selain para karyawan bisa mendapatkan uang, program ini juga turut menjaga lingkungan dari pencemaran limbah minyak goreng yang selama ini dibuang begitu saja.
“Mesin Ucollect di SKT Karangbener ini baru percontohan. Harapannya, keberadaan mesin tersebut diperbanyak lagi di SKT PT Djarum lainnya,” beber Ipung.
Editor: Haikal Rosyada