BETANEWS.ID, JEPARA – Ancaman bencana abrasi di kawasan pesisir Kabupaten Jepara terus terjadi setiap tahun. Salah satunya di Desa Tanggultlare, Kecamatan Kedung.
Ketua Pokdarwis Tanggul Samudro, Sadimin bercerita pada tahun 1984, desanya bahkan pernah direlokasi akibat ganasnya bencana abrasi.
Baca Juga: DKKP Jepara Terjunkan Puluhan Anggota Pantau Pemotongan Hewan Kurban Selama Empat Hari
Saat itu, abrasi tidak hanya menghilangkan wilayah desanya, tetapi juga Desa Bulak yang bersebelahan dengan Desa Tanggultlare.
“Desa Tanggultlare ini dulu terbagi jadi dukuh tanggul sama dukuh tlare. Tapi sekitar tahun 1984, dukuh tanggul dipindah ke sebelah timur jembatan karena abrasi, bareng sama Desa Bulak dan sebagian pesisir Desa Semat,” ungkapnya saat ditemui di Pantai Tanggultlare, Senin (9/6/2025).
Setelah puluhan tahun berlalu, sekitar tahun 2012 desanya mendapat perhatian dari salah satu dosen Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta yang meneliti ombak di kawasan pesisir desanya.
Saat itu, dosen dari UGM tersebut menyarankan untuk menanam pohon cemara laut di kawasan bibir pantai sebagai penghalang ombak dan angin.
“Semenjak ditanami pohon cemara laut, akhirnya mulai terbentuk sedimen berupa pasir putih, itu mulai terbentuk sekitar tahun 2015,” katanya.
Saat itu sedimen yang terbentuk membentang sekitar 100 meter ke arah barat, di sepanjang garis pantai Desa Tanggultlare dengan panjang sekitar 1,5 km.
Sedimen yang terbentuk tersebut, oleh warga sekitar kemudian dimanfaatkan sebagai kawasan wisata pantai. Namun, sekitar tahun 2021, sedimen yang dulunya terbentuk secara alami mulai hilang terbawa abrasi sekitar 10-15 meter per tahun.
“Tapi tahun 2024-2025 ini makin parah, bisa sampai 30 meter. Jadi ini sedimen yang dulu terbentuk, ini juga hampir semuanya hilang lagi akibat abrasi,” ujarnya.
Agus Hardi, Humas Pokdarwis Tanggul Samudro mengatakan sebagai upaya agar ancaman abrasi tidak semakin parah, ia bersama seluruh anggota pokdarwis gencar melakukan penanaman mangrove.
Namun upaya tersebut juga tidak mudah. Selain ancaman pasang surut air laut yang menghilangkan tanaman mangrove yang baru ditanam, usaha tersebut juga mendapat cemooh dari masyarakat.
Baca Juga: Selama Lima Bulan, Target Investasi Jepara Baru Terealisasi 29,69 Persen
“Kadang dari masyarakat juga banyak yang mencemooh, ditandur ngga ada gunanya, tapi kita sebagai masyarakat yang peduli pantai, kalau ada bibit pasti kita tanam,” ujarnya.
Melalui upaya tersebut ia berharap selain mencegah abrasi, banjir rob yang tadinya sering terjadi di kawasan desanya hingga menenggelamkan area jalan raya tidak kembali terjadi.
Editor: Haikal Rosyada