BETANEWS.ID, PATI – Tanaman padi milik petani di Desa Sugiharjo, Kecamatan Pati, Kabupaten Pati saat ini diserang hama secara bertubi-tubi. Akibatnya, hal ini berdampak terhadap pada produksi padi para petani.
Kondisi ini salah satunya dirasakan oleh seorang petani, Jasmin (54). Padi yang ia tanam diserang hama seperti ulat hingga tikus.
Baca Juga: Ditemukan Tanpa Busana, Mayat Membusuk di Pantai Misik Tayu Ternyata Perempuan Berusia 40 Tahun
“Serangan ulat terus serangan tikus. Memang tikus itu betul-betul sulit atasannya. Walau sudah disetrum, di plastik masih ada,” ujarnya.
Dengan adanya hama ini, Jasmin harus mengeluarkan ongkos tambahan. Ia harus membeli pestisida dan kebutuhan lainnya.
“Tanamannya rusak. Biaya produksi bertambah untuk obat, di tambah biaya setrum dan plastik,” ungkapnya.
Ia merinci, di lahannya seluas 1 kotak, biasanya hanya mengeluarkan biaya produksi sebesar Rp1,5 juta. Namun akibat serangan hama ini, ongkos produksi bisa naik menjadi Rp2 juta. Hal ini pun akan berdampak terhadap pendapatan hasil panen.
“Terancam gagal panen enggak, tapi untuk kembali modal kemungkinan sulit. 1 kotak, irit, itu Rp1,5 juta. Tapi bisa naik sekitar Rp500 ribuan,” sebutnya.
Tak hanya Jasmin, petani lainnya, Joko Pramono juga merasakan persoalan serupa. Ia mengaku hama menyerang tanaman padinya sejak awal taman hingga sekarang.
“MT 2 ini sangat susah. Dari mulai awal tanam, itu terkena asem-aseman, tanaman habis di pupuk enggak hijau tapi malah merah semua. Ada yang mati, ada masih bertahan, habis itu ada sundep atau kaper yang nelur jadi ulat. Itu memperparah,” ucapnya.
Tak hanya berhenti di situ, 30 hari setelah tanam setelah diobati dengan biaya yang besar persoalan tidak berhenti. Karena datang lagi hama lain seperti wereng dan tikus.
“Datang lagi wereng. Disemprot malah tambah banyak. Sehingga tambah biaya produksi lagi. Datang lagi serangan tikus,” lanjutnya.
Kondisi ini membuat biaya produksi tanamnya membengkak. Ia tak berharap banyak hasil panen nanti bisa menambal ongkos produksi yang ia keluarkan.
Baca Juga: Temui Menteri Ekraf, Bupati Sudewo Genjot Pati Jadi Kabupaten Ekonomi Kreatif
“Panennya berkurangnya 50 persen. Itu syukur Alhamdulillah. Panen full aja biaya pruduksi tidak bisa menutup, apalagi ini panennya 50 Persen. Jadi petani ruginya banyak sekali,” pungkasnya.
Ia pun berharap ada perhatian dari pemerintah. Dengan harapan ada program supaya populasi tikus tidak menyebar luas.
Editor: Haikal Rosyada