Waktu menunjukkan pukul 14.00 WIB. Angin siang berembus pelan, menyisir pelataran sebuah sudut desa di pesisir Rembang, Sabtu (17/5/2025). Di Desa Sluke, di jalanan sempit berliku membawa langkah-langkah kecil menuju sebuah rumah rindang yang tampak mencolok berhias lukisan. Rumah itu tak lain adalah Gentong Miring Art Gallery, ruang seni yang hari itu menjelma menjadi panggung penggalian rasa dan kata. Di sanalah Klinik Sastra bertajuk âMenembah Rasa, Menerbit Kataâ digelar.
Kegiatan ini digagas oleh Forum Kamis Legen (Kalen) dan didukung penuh oleh Gentong Miring Art Gallery, Sidji Coffee, serta Betanews.id. Hadir sebagai tamu kehormatan, tokoh-tokoh penting dalam dunia literasi dan pendidikan, antara lain Djoko Herryanto (Pendiri Forum Kalen), Fajar Kartika (Ketua Forum Kalen, Dosen UMK), DR. Edy Supratno (Ketua STAI Syekh Jangkung Pati), serta Moh Sugiharyadi, Direktur Akademi Komunitas Semen Indonesia (AKSI) Rembang yang juga tergabung dalam Forum Kalen.
Acara dipandu dengan santai namun tetap terarah oleh Suwoko, Pemimpin Redaksi (Pemred) Beta Media. Ia membuka acara dengan memperkenalkan Forum Kalen yang telah berdiri sejak 2009. Suwoko juga mengungkap bahwa Sluke bukanlah tempat asing bagi forum ini, beberapa kali kegiatan literasi pernah digelar di sini.
Baca juga: Novel Sang Tandak Karya Prayitno Resmi Diluncurkan
âDiskusi kali ini tidak terbatas tema. Silakan jika ada kegelisahan selama menulis, bisa disampaikan kepada narasumber,” ujarnya.
Sebelum diskusi dimulai, seluruh peserta diajak berdiri menyanyikan lagu Indonesia Raya sebagai bentuk penghormatan pada tanah air, sekaligus pembuka yang menghangatkan suasana.
Abdul Chamim, pemilik Gentong Miring Art Gallery, dengan ramah menyambut para peserta yang datang dari berbagai daerah. Senyum hangat di wajahnya berubah menjadi nada penuh makna saat ia membacakan sebuah buletin dari Djoko Herryanto mengenai buku Sang Tandak. Setelah menyampaikan sambutan, ia mengembalikan kendali forum kepada Suwoko, yang kemudian mempersilakan Yit Prayitno, penulis novel Sang Tandak, untuk menyampaikan materi.
Yit, begitu narasumber itu akrab disapa, mengaku terkejut dengan antusiasme peserta yang memadati ruang diskusi. Ia bercerita bahwa di banyak tempat yang pernah ia kunjungi, peserta diskusi biasanya hanya berkisar 15 orang. Namun di Sluke, suasananya berbeda, hangat, ramai, dan penuh semangat.