BETANEWS.ID, KUDUS – Setiap Minggu pagi, Alun-alun Simpang Tujuh Kudus disesaki pengunjung yang datang untuk berolahraga, bersantai, atau sekadar menikmati suasana Car Free Day (CFD). Namun, di tengah gemuruh musik dan keramaian, ada lapak Zumi Art Gallery yang cukup menyita perhatian dengan menampilkan berbagai karya tangan dari limbah kayu jati.
Biasanya, di lapak Zumi Art Gallery terpajang, gantungan kunci, hiasan dinding, hingga puzzle edukatif dari kayu. Di balik berbagai karya tersebut, tersembunyi cerita tentang keberanian, cinta lingkungan, dan ketekunan sang perajin, yakni Fahzumi.
Baca Juga: Motor vs Ambulans di Alun-alun Kudus, Pemotor Dilarikan ke RS
Warga Desa Garung Lor, Kecamatan Kaliwungu tersebut, bukan soosk baru dalam dunia perkayuan. Selama lebih dari dua dekade, ia bekerja di perusahaan ekspor-impor furniture di Jepara.
Namun, menjelang pensiun, ia tidak ingin berhenti berkarya. Dari tumpukan limbah kayu jati, ia melihatnya bukanlah sampah, tapi potensi cuan. Sehingga lahirlah Zumi Art Gallery, sebuah wadah yang mengubah sisa-sisa kayu menjadi benda seni bernilai tinggi.
“Daripada dibuang, saya lihat ini bisa disulap jadi sesuatu yang bermanfaat dan indah,” tuturnya, melalui sambungan telepon, Sabtu (24/5/2025).
Dengan bekal pengalaman dan kemitraan bersama para pengrajin, ia mulai merancang desain dan menghidupkan kembali kayu mati menjadi kehidupan baru.
Produknya bukan sekadar kerajinan. Setiap potongan kayu mengandung filosofi, bahwa apa yang tampak tak berguna pun bisa memiliki nilai jika disentuh kreativitas. Salah satu karyanya, hiasan meja berbentuk daun tembakau menjadi simbol khas Kudus yang sarat makna.
Zumi Art Gallery pun menjadi wajah lain dari CFD Kudus. Bukan hanya tentang olahraga atau hiburan, tapi juga tentang semangat berdaya, keberlanjutan, dan kebanggaan akan identitas lokal. Di tangan Fahzumi, kayu bekas tak hanya jadi barang jualan, tapi juga medium untuk bercerita dan menginspirasi.
Kini, Fahzumi tak ingin berhenti. Ia bertekad membawa karyanya menembus pasar yang lebih luas. “Selama ini hanya dijual langsung di CFD. Tapi saya sedang belajar pemasaran online, supaya produk lokal Kudus bisa dikenal lebih luas,” katanya mantap.
Lapaknya tersebut bahkan sempat menarik perhatian Bupati Kudus, Sam’ani Intakoris, yang menyempatkan diri mampir ke lapak Fahzumi saat meninjau CFD. “Saya bangga ada warga Kudus yang memanfaatkan limbah menjadi karya luar biasa. Ini perlu kita dorong,” ujar Sam’ani saat itu.
Baca Juga: Akselerasi Pembentukan Kopdes Merah Putih, 38 Desa di Kudus Sudah Kantongi Badan Hukum
Sebagai bentuk apresiasi, Fahzumi menghadiahkan karya berbentuk daun tembakau itu kepada Bupati. “Saya merasa daun itu mewakili Kudus dan keramahan beliau,” ucapnya dengan senyum tulus.
Bagi yang ingin melihat langsung karya Fahzumi, Zumi Art Gallery bisa dijumpai setiap Minggu pagi di CFD Kudus, tepatnya di pertigaan Gang 1 Jalan Ahmad Yani. Produk juga bisa dipesan melalui Instagram @zumiart_gallery. Dari limbah jadi berkah—itulah kisah Zumi Art Gallery yang terus hidup di tengah denyut kota Kretek.
Editor: Haikal Rosyada