BETANEWS.ID, KUDUS – Setelah sukses dengan panen tembakau varietas Prancak dari Madura pada tahun lalu, Pemerintah Kabupaten Kudus kini semakin serius mengembangkan sektor pertanian tembakau. Tahun ini, lahan demonstration plot (demplot) tembakau diperluas menjadi 9 hektare, dengan mencoba varietas baru asal Boyolali, yakni tembakau Srumpung.
Langkah ini merupakan kelanjutan dari uji coba musim sebelumnya yang digelar di Desa Menawan, Kecamatan Gebog.
Baca Juga: PT Djarum Wujudkan Mimpi Pemulung Ini Punya Rumah Layak Huni
Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Perkebunan Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertan) Kudus, Agus Setiawan, menyebut bahwa perubahan varietas tembakau ini bertujuan untuk melihat potensi dan daya adaptasi tanaman terhadap kondisi tanah dan cuaca di lereng Gunung Muria.
“Kalau sebelumnya kita tanam Prancak, sekarang kita coba Srumpung. Kita ingin tahu sejauh mana varietas ini cocok dibudidayakan di Kudus,” katanya, Kamis (24/4/2025).
Agus mengakui bahwa hasil panen tahun lalu cukup menjanjikan dari segi kualitas. Namun, tantangan terbesar justru datang dari sisi pascapanen.
Saat ini, Kudus belum memiliki teknologi pengolahan tembakau basah menjadi tembakau kering, sehingga hasil panen petani masih disalurkan ke pihak ketiga untuk kebutuhan bahan rokok cerutu.
“Produknya masih khusus untuk cerutu. Kita sedang mencari solusi agar hasil tembakau bisa dikeringkan dan punya nilai jual lebih tinggi,” katanya.
Meski begitu, proses tanam tetap berjalan. Bibit tembakau sudah mulai disemai sejak dua pekan lalu, dan para petani kini tengah merawat tanaman muda mereka.
Agus optimistis, dengan perawatan yang tepat dan bantuan pupuk, tanaman tembakau di Menawan akan tumbuh optimal. Bahkan, ia menyebut serangan hama seperti ulat tidak menjadi kendala serius.
“Tanamannya cukup tahan terhadap gangguan hama dan cuaca. Kami terus pantau agar hasil panennya nanti tetap maksimal,” ujarnya.
Baca Juga: Jalan Desa Puyoh-Soco Rusak Parah, 8 Tahun Tak Pernah Ada Perbaikan
Ke depan, Dispertan Kudus juga membuka peluang kerja sama dengan sektor swasta. Diharapkan ada perusahaan lokal yang bisa menyerap hasil panen petani sekaligus membantu dalam pengadaan alat pengolahan tembakau kering.
“Kalau petani bisa mengolah sendiri, mereka tidak hanya menjual bahan mentah tapi juga produk dengan nilai tambah. Ini perlu waktu dan proses, tapi arahnya ke sana,” tambahnya.
Editor: Haikal Rosyada