BETANEWS.ID, KUDUS – Puluhan peserta terlihat asyik dalam mengikuti workshop membatik yang diselenggarakan oleh Kampung Budaya Piji Wetan (KBPW), di Panggung Ngepringan Desa Lau, Kecamatan Dawe, Selasa (8/4/2025). Workshop tersebut melibatkan peserta anak muda dan warga sekitar.
Sebagai informasi, kegiatan itu merupakan kolaborasi warga dengan seniman residensi tapangeli dalam rangka mengembalikan esensi batik tulis, sekaligus upaya pelestarian batik sebagai warisan budaya dunia.
Baca Juga: Warga Kudus yang Cari Kerja Melonjak Hingga 300 Persen
Workshop tersebut menghadirkan seniman batik asal Lasem, Divasio Putra Suryawan, sekaligus seniman residensi tapangeli. Dalam kegiatannya, tiap peserta membuat pola-pola batik yang berbeda dengan satu tema yang mengangkat harapan dan ingatan terhadap kebudayaan di Muria.
Hasil workshop itu nantinya akan diikut sertakan dalam pameran instalasi Residensi Tapangeli Kampung Budaya Piji Wetan pada 21-27 April 2025 mendatang.
Divo sapaan akrabnya menyampaikan, keinginannya mengadakan kolaborasi, untuk memantik ingatan terhadap kebudayaan di Muria. Dia ingin mengajak warga untuk mengembalikan esensi kebudayaan melalui batik.
“Sekarang banyak eksploitasi batik atas nama budaya, seperti printing yang seharusnya tidak disebut batik,” katanya.
Ia menyebut, batik sudah menjadi warisan budaya yang secara resmi sudah diakui oleh UNESCO pada 2009 silam. Mengingat definisi batik merupakan karya yang dihasilkan dari proses mencanting menggunakan lilin malam panas di atas kain.
“Semakin ke sini, banyak ketidakjujuran yang mengatasnamakan batik dengan kepentingan pribadi,” imbuhnya.
Kegiatan workshop ini diharapkan dapat memberikan gambaran landscape kebudayaan yang ada di Lereng Muria baik kebudayaan lisan, benda, maupun arsitektur.
“Sehingga nantinya bisa dialihmediakan dan diarsipkan melalui karya seni agar tetap lestari,” ujarnya.
Baca Juga: Dimeriahkan Denny Caknan dan Gus Iqdam, Halal Bihalal Pemkab Kudus Juga Bakal Rangkul UMKM
Salah satu peserta, Candra Asih (20) mengaku senang bisa berkesempatan ikut kegiatan membatik di sana. Apalagi baginya, memegang canting merupakan kali pertamanya seumur hidup.
“Pengen tahu rasanya membatik, ternyata sulit. Dengan adanya workshop batik ini, kita bisa lebih menghargai hasil karya batik,” imbuhnya.
Editor: Haikal Rosyada