BETANEWS.ID, KUDUS – Forum Kamis Legen (Kalen) menggelar webinar bertajuk “Antara Algoritma dan Kesadaran: Menelusuri Batas LLM dalam Meniru Pemikiran Manusia” di Kebun Pecuk Pecukilan, Bae, Kudus, pada Selasa (22/4/2025) malam. Acara ini menghadirkan Edwin Purwanto, Secondary Engineer PT Djarum dalam membahas perkembangan pesat kecerdasan buatan (AI), khususnya teknologi Large Language Model (LLM), dalam kaitannya dengan pemikiran dan etika manusia.
Ketua Forum Kalen, Fajar Kartika, menyebut acara ini sebagai momentum yang tepat dan relevan dengan kondisi saat ini. Mengingat dirinya seorang dosen, ia mengaku ada keresahan dengan perkembangan AI yang semakin canggih, hingga berimbas pada menurunnya minat baca mahasiswa.
Baca Juga: Anggunnya Wabup Kudus Bellinda Berbalut Busana Adat Kudus
Namun, sebelum membahas terlalu jauh tentang efek ketergantungan kepada AI, Forum Kalen terlebih dahulu membedah lebih dalam tentang AI. Dari penelusuran mereka, ternyata ada banyak ruang di dalam AI.
“Rupanya, di dalam AI itu ada banyak ruang, di antaranya ada LLM yang menjadi salah satu inti kerja atau perintah kepada AI. Jadi inti kerja AI itu pada bahasanya. Dan malam ini Forum Kalen mengadakan webinar diskusi mengenai LLM,” beber pria yang akrab disapa Fajar itu.
Fajar menegaskan bahwa penggunaan AI bukanlah hal yang salah, justru merupakan keniscayaan zaman. Namun, ia menekankan pentingnya memahami cara kerja AI, terutama LLM yang bekerja berdasarkan perintah teks dari pengguna.
“Kunci utama tetap pada manusia, pada etik penggunaannya. Bahkan AI sendiri sekarang turut dilengkapi fitur untuk penyaringan plagiarisme. Maka dari itu, kami mendorong mahasiswa tidak hanya menulis dengan etika, tapi juga memeriksa hasilnya lewat alat pendeteksi,” tegasnya.
Ketika disinggung soal kekhawatiran akan masa depan AI, Fajar menilai masyarakat masih bisa bernapas lega. Menurutnya, arah AI untuk menguasai peradaban manusia masih jauh.
“Karena setiap pengembangannya tetap melewati protokol dan etik yang ketat. Semoga pagar-pagar itu tetap kuat,” terang Fajar.
Sementara itu, Edwin Purwanto, selaku narasumber, menyambut optimis terhadap perkembangan AI. Ia menyebut AI sangat membantunya dalam pekerjaannya sebagai programmer.
“AI seperti asisten yang cepat mengerti bagi saya. Tapi memang, di sisi lain, ada risiko profesi tertentu tergantikan,” katanya saat ditemui usai acara.
Baca Juga: Dandim Kudus Angkat Bicara Soal Ulat di Menu MBG: ‘Jangan Main-main’
Edwin begitu ia akrab disapa, juga mengungkap data dua tahun terakhir yang menunjukkan adanya penurunan tenaga kerja di bidang programmer dan writer. Meski demikian, ia berpesan kepada generasi muda untuk tidak takut menghadapi teknologi.
“Ibarat kita mengendarai mobil F1, jangan takut pada mobil kita sendiri. Meski kita baru berani mengendarai dengan kecepatan 20 kilometer per jam, tetapi kita harus belajar menguasai mobil yang seharusnya bisa mencapai kecepatan 200 kilometer per jam. Harus belajar mengemudi lagi, mengenali karakter mobilnya agar tahu kapan injak gas, kapan dan injak rem,” tambahnya.
Editor: Haikal Rosyada